“Ada beberapa bukti bahwa Homo erectus mungkin memiliki protobahasa, tetapi spesiesnya tidak akan berbicara sebaik Hanoman,” kata Ciochon, profesor di University of Iowa, yang memimpin tim peneliti dalam studi inovatif di Indonesia.
"Homo erectus tidak memiliki ekor atau kantong pipi khas yang sering digambarkan Hanoman."
Perlu ditambahkan bahwa dalam buku barunya, Dr. Ramakrishnan juga membahas topik kesetaraan hewan yang diabaikan. Dia mengatakan lebih dari 20.000 syair, bahkan tidak ada satu konteks pun di mana spesies tertentu direndahkan atau disebutkan lebih rendah dari manusia.
“Seharusnya ada titik waktu dalam proses seleksi alam di mana sapiens tidak pernah merasa lebih unggul untuk menaklukkan spesies lain. Kisah Ramayana tentang Valmiki kemungkinan berasal dari zaman itu,” terang Ramakrishnan.
Jika masyarakat Ramayana tidak menganggap hewan lebih rendah dari manusia, lalu mengapa meminta diskriminasi antar manusia?
Zaman Ramayana tidak menganggap satu kelas atau kasta sapiens tertentu lebih rendah daripada beberapa lainnya. Teori-teori baru yang kontroversial, seperti yang dikemukakan oleh Dr. Ramakrishnan sering ditanggapi dengan kecurigaan. Pemikiran bahwa Dewa monyet Hindu seperti Hanoman mungkin telah menjadi anggota spesies yang telah lama punah mungkin sulit diterima, bagaimana pendapat Anda?
Baca Juga: National Geographic Indonesia | Rekor Pentas Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia Melalui ZOOM
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR