Nationalgeographic.co.id—Dewa Monyet Hanoman adalah dewa penting dalam mitologi Hindu dan salah satu karakter utama dari epik India Ramayana. Hanoman adalah dewa pelindung seni bela diri, dan kadang-kadang dianggap sebagai simbol nasionalisme dan perlawanan terhadap penganiayaan.
Bersama Ganesha, Dewa Pengetahuan, Pembelajaran, Sastra, dan Juru Tulis Mahabharata yang berkepala gajah, Dewa Monyet Hanoman dikatakan sebagai salah satu dewa ambang batas, di perbatasan alam material dan spiritual.
Hanoman adalah dewa Hindu yang dicintai, tetapi apakah ada alasan untuk berpikir bahwa Dewa monyet adalah makhluk nyata atau hanya makhluk mitologis?
Seorang ilmuwan India yang meneliti epos Hindu Ramayana telah menyajikan teori yang agak tidak biasa yang menunjukkan bahwa Hanoman termasuk dalam spesies manusia yang punah. Jika asumsi ini benar, persepsi tentang dewa kera Hanoman akan berubah secara radikal tetapi dari mana buktinya berasal dan bagaimana penilaian dan penggunaannya?
Rangan Ramakrishnan adalah seorang sarjana Ramayana dan sejarawan sastra yang baru-baru ini menerbitkan sebuah buku berjudul The Ramayana of Valmiki. Sarjana India menjelaskan bahwa kisah Ramayana bisa menjadi sangat penting bagi pemahaman kita tentang sejarah kuno dan paleontologi.
“Jika seseorang membaca Ramayana asli tanpa pengaruh versi bahasa daerah lainnya, yang muncul setidaknya beberapa abad setelah Valmiki, Vanara seperti Hanoman disebut sebagai spesies yang berbeda sama sekali. Seperti spesies manusia lainnya, mereka berbicara dengan lancar dan menghuni budaya yang khas," kata Dr. Ramakrishnan.
“Vanara dalam karya Valmiki memiliki ekor dan wajah yang menyerupai kera. Jadi, mereka dianggap sebagai monyet belaka dalam kitab suci selanjutnya, tetapi itu tidak perlu terjadi,” sambungnya.
Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, Homo Erectus terakhir hidup 117.000 tahun yang lalu di Ngandong, pulau Jawa di Indonesia. Sebelum menghilang, Homo Erectus melakukan kontak dengan banyak spesies lain yang berbeda, dan dia diyakini sebagai salah satu nenek moyang terdekat kita.
Homo Erectus adalah yang pertama dari kerabat kita yang memiliki proporsi tubuh seperti manusia, dengan lengan yang lebih pendek dan kaki yang lebih panjang dibandingkan dengan batang tubuhnya. Banyak ilmuwan mengusulkan Homo Erectus adalah nenek moyang langsung dari beberapa spesies manusia, seperti Neanderthal, Denisovan, dan manusia modern.
Tapi bagaimana mungkin Homo Erectus ada hubungannya dengan dewa kera Hindu Hanoman? Teori Dr. Ramakrishnan ini membuat para peneliti lainnya berpikir keras.
“Ramayana mungkin satu-satunya sastra yang berbicara tentang berbagai spesies manusia yang menawarkan untuk mengisi celah penting dalam nenek moyang dan evolusi manusia melalui dukungan sastra,” kata Dr. Ramakrishnan.
“Ada beberapa bukti bahwa Homo erectus mungkin memiliki protobahasa, tetapi spesiesnya tidak akan berbicara sebaik Hanoman,” kata Ciochon, profesor di University of Iowa, yang memimpin tim peneliti dalam studi inovatif di Indonesia.
"Homo erectus tidak memiliki ekor atau kantong pipi khas yang sering digambarkan Hanoman."
Perlu ditambahkan bahwa dalam buku barunya, Dr. Ramakrishnan juga membahas topik kesetaraan hewan yang diabaikan. Dia mengatakan lebih dari 20.000 syair, bahkan tidak ada satu konteks pun di mana spesies tertentu direndahkan atau disebutkan lebih rendah dari manusia.
“Seharusnya ada titik waktu dalam proses seleksi alam di mana sapiens tidak pernah merasa lebih unggul untuk menaklukkan spesies lain. Kisah Ramayana tentang Valmiki kemungkinan berasal dari zaman itu,” terang Ramakrishnan.
Jika masyarakat Ramayana tidak menganggap hewan lebih rendah dari manusia, lalu mengapa meminta diskriminasi antar manusia?
Zaman Ramayana tidak menganggap satu kelas atau kasta sapiens tertentu lebih rendah daripada beberapa lainnya. Teori-teori baru yang kontroversial, seperti yang dikemukakan oleh Dr. Ramakrishnan sering ditanggapi dengan kecurigaan. Pemikiran bahwa Dewa monyet Hindu seperti Hanoman mungkin telah menjadi anggota spesies yang telah lama punah mungkin sulit diterima, bagaimana pendapat Anda?
Baca Juga: National Geographic Indonesia | Rekor Pentas Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia Melalui ZOOM
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR