Nationalgeographic.co.id - Limbah plastik maupun cair, menjadi salah satu penyebab pencemaran sungai. Ternyata senyawa dari obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh manusia dapat mencemari sungai. Guna mengukur seberapa tercemarnya sungai oleh obat-obatan, para ahli dari York University, Kanada, melakukan penelitiannya.
Dilansir dari BBC, penelitian ini mengambil sampel air dari 1.000 lokasi pengujian dilebih dari 100 negara. Sejauh ini, penelitian dengan judul "Pharmaceutical pollution of the world’s rivers" yang telah dipublikasikan pada laman PNAS merupakan yang paling ekstensif mengenai hal ini.
Hasil dari penelitian menunjukan sungai-sungai di Pakistan, Bolivia, dan Etiopia termasuk yang paling tercemar obat-obatan. Sedangkan sungai-sungai di Islandia, Norwegia, dan hutan hujan Amazon adalah sungai-sungai yang dalam kondisi baik.
Sebagian besar dampak dari banyaknya senyawa obat-obatan yang biasa ditemukan di sungai masih belum diketahui. Namun, sudah diketahui dengan pasti bahwa kontrasepsi manusia yang terlarut dapat berdampak pada perkembangan dan reproduksi ikan. Selain itu, para ilmuwan khawatir peningkatan keberadaan senyawa antibiotik di sungai dapat membatasi keefektifannya sebagai obat-obatan.
Secara keseluruhan, lebih dari seperempat dari 258 sungai yang dijadikan sampel memiliki apa yang dikenal sebagai "bahan farmasi aktif" pada tingkat yang dianggap tidak aman bagi organisme air.
Baca Juga: Limbah Domestik Masih Dominan dalam Pencemaran Lingkungan Indonesia?
"Biasanya, apa yang terjadi (saat kita mengonsumsi obat-obatan) adalah, tubuh menyerap bahan kimia yang memiliki beberapa efek yang diinginkan pada tubuh dan kemudian mereka meninggalkan tubuh kita," kata Dr. John Wilkinson, penulis utama penelitian ini kepada BBC News.
Wilkinson juga menjelaskan instalasi pengolahan air limbah yang paling modern dan efisien tidak sepenuhnya mampu mendegradasi senyawa ini. Senyawa tersebut pada akhirnya akan mencemari sungai atau danau. Penelitian ini menemukan dua obat yang paling sering terdeteksi. Mereka adalah carbamazepine yang digunakan untuk mengobati epilepsi dan nyeri saraf serta metformin yang dikonsumsi untuk mengobati diabetes.
Konsentrasi tinggi dari senyawa "gaya hidup" seperti kafein yang biasa ditemukan di kopi dan nikotin pada rokok juga ditemukan mencemari sungai. Senyawa obat penghilang rasa sakit parasetamol juga tidak ketinggalan. Di Afrika, artemisinin yang digunakan dalam pengobatan antimalaria ditemukan dalam konsentrasi tinggi.
"Kami berpendapat dampak dari kehadiran obat-obatan semacam itu di sungai cenderung negatif. Namun, untuk mengetahui dampaknya, Anda harus melakukan tes kesehatan secara mandiri dan sayangnya hanya ada sedikit penelitian akan hal ini," kata Dr. Veronica Edmonds-Brown, ahli ekologi akuatik dari University of Hertfordshire Inggris kepada BBC News.
Veronica menerangkan semua ini akan bertambah buruk karena manusia semakin mengandalkan obat-obatan untuk penyakit fisik maupun mental. Penelitian tersebut mengungkapkan peningkatan keberadaan antibiotik di sungai juga dapat menyebabkan perkembangan bakteri resisten.
Baca Juga: Peta Ini Ungkap Lewat Titik Mana Saja Limbah Manusia Memasuki Lautan
Source | : | BBC |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR