Nationalgeographic.co.id—Hasil penggalian arkeologi di pulau kuno Al Sayah di Bahrain telah menunjukkan bahwa pulau itu adalah pulau buatan manusia kuno. Penggalian arkeologi lanjutan kini sedang dilakukan oleh Otoritas Kebudayaan dan Purbakala Bahrain bekerja sama dengan tim arkeolog Inggris yang dipimpin oleh Profesor Robert Carter.
Tim arkeolog yang melakukan survei arkeologi di pulau bersejarah Al Sayah di kota tua Muharraq, di lepas pantai Busaiteen di Bahrain, menemukan bahwa Al Sayah adalah pulau buatan yang dibangun di sekitar mata air tawar setidaknya 1.200 tahun yang lalu, lapor Arkeonews. Direktur Departemen Museum dan Purbakala Bahrain, Salman Al-Mahari, mengatakan pulau itu adalah ciptaan manusia, bukan hasil fenomena alam seperti yang diyakini sebelumnya.
Menurut GDN, Al Sayah kuno bisa menjadi depot pemasok air tawar yang dibangun di atas tanah reklamasi lebih dari 1.200 tahun yang lalu atau sekitar abad ke-9 Masehi melalui prestasi teknik yang luar biasa. Penemuan baru yang "tidak terduga" ini memberikan pencerahan baru tentang kecakapan teknik orang-orang kuno Bahrain.
Menurut Al-Mahari, pulau itu adalah salah satu contoh tertua dari praktik pengisian laut. Hasil penggalian juga mengonfirmasi bahwa Al Sayah, yang terkenal dengan mata air tawarnya, memainkan peran penting dalam sejarah mutiara Bahrain. Mata air tawar itu dikenal secara lokal sebagai kawkab atau chochab.
"Hasil awal penggalian menunjukkan bahwa pulau itu adalah stasiun pasokan air yang berasal dari Era Islam awal. Atau mungkin sebelum itu! Pulau itu juga memiliki peran besar dalam profesi pencarian mutiara di Bahrain selama lebih dari 1.200 tahun," papar Profesor Carter seperti dikutip dari News of Bahrain.
Baca Juga: Berusia 8.000 Tahun, Mutiara Tertua Ditemukan di Abu Dhabi
Dalam artikel News of Bahrain, Profesor Carter menjelaskan proses yang digunakan untuk membangun pulau itu. Sebuah waduk atau reservoar pertama kali dibuat di sekitar mata air untuk menampung air tawar yang muncul dari dasar laut.
"Mereka menciptakan dinding melingkar yang tebal di sekelilingnya untuk membentuk sebuah pulau kecil dengan lebar kurang dari 20 meter. Pulau kecil itu kemudian dibentengi dengan membuat dinding lengkung lain untuk membentuk sebuah pulau dengan lebar sekitar 40 meter."
"Akhirnya, mereka membuat dinding lurus di sisi selatan dan timur pulau, yang saling berpotongan membentuk kabin persegi panjang. Mereka juga menggunakan balok-balok karang besar untuk membuat platform pulau yang panjangnya lebih dari 60 meter dari satu ujung ke ujung lainnya.”
Sebuah bangunan kecil di sebelah mata air dengan mekanisme untuk menaikkan air juga ditemukan selama penggalian. Bangunan ini diyakini digunakan untuk menarik air tawar terus menerus dan memasoknya ke kapal yang berlabuh di sepanjang dermaga.
Baca Juga: Video: Menjelajahi Misool, Mutiara Eksotis di Kepulauan Raja Ampat
Pulau Al Sayah juga dipenuhi dengan tumpukan tua tiram mutiara yang dicampur dengan tembikar dari abad ketujuh hingga kedelapan Masehi yang menutupi sebagian besar pulau itu. "Untuk alasan ini, diyakini bahwa pulau itu adalah fasilitas untuk penangkapan mutiara di masa lalu," tambah Profesor Carter seperti dilansir Ancient Origins.
Tim arkeolog menjelajahi mata air tawar Bu Maher dan Khor Fasht di Pulau Al Sayah menggunakan peralatan selam dan alat survei bawah air. Al-Mahari mengatakan kepada News of Bahrain, "Ini adalah eksplorasi pertama arkeologi laut dan bawah laut di Bahrain, dan kami berharap proyek ini akan mengarah pada penemuan penting di masa depan."
Mengingat bahwa survei pertama telah memberikan hasil yang luar biasa, hasil survei di masa depan tentulah sangat menjanjikan dan ditunggu-tunggu.
Source | : | ancient origins,Arkeonews,News of Bahrain |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR