Nationalgeographic.co.id—Rasa gatal pada telinga adalah hal yang lumrah terjadi. Biasanya kita akan menggunakan cotton buds atau jari kelingking untuk menggaruk bagian yang gatal. Ketika rasa gatal itu sudah hilang, apa yang biasanya ditemukan pada cotton bud (korek kuping) atau ujung jari? Ya, terdapat earwax atau substansi seperti lilin yang keberadaannya telah disadari manusia sejak dahulu.
Itulah mengapa peradaban zaman dahulu pun membuat alat untuk menghilangkannya, seperti yang ditemukan di situs arkeologi Romawi Kuno dan Viking. Dilansir dari Scitechdaily, sel-sel kulit melapisi saluran telinga dan berbagai kelenjar yang melepaskan berbagai zat ke dalamnya.
Kotoran telinga diproduksi di saluran telinga dan pada dasarnya merupakan campuran sel-sel kulit, keringat, dan minyak lemak. Benda-benda ini bercampur menjadi satu untuk membentuk gumpalan kecil atau terkadang agak besar dan berwarna coklat keemasan.
"Uniknya, earwax pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang bertekstur kering, berwarna pucat, kuning, coklat atau hitam. Alasan mengapa warna dan tekstur earwax berbeda pada setiap individu adalah adanya gen yang mengkalibrasi hal-hal tersebut," kata Henry Ou, seorang dokter THT anak dari Rumah Sakit Anak Seattle di Amerika Serikat.
Henry juga menambahkan jika earwax benar-benar pucat dan bau, itu merupakan hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan. Kita mungkin berpikir earwax adalah hal kotor yang harus dibersihkan.
Meski begitu earwax mempunyai beberapa peran penting seperti menjaga kulit di saluran telinga tetap sehat dan lembab. Apabila tidak ada substansi tersebut, saluran telinga akan kering dan menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal akan berujung pada keinginan untuk menggaruk terus-menerus hingga menimbulkan infeksi.
Di sisi lain, earwax yang menumpuk atau yang biasa disebut dengan kotoran telinga menimbulkan rasa gatal, hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan mendengar. Lantas bagaimana cara mengeluarkan kotoran telinga yang sudah menumpuk?
"Banyak orang tergoda untuk memasukan sesuatu ke telinga mereka untuk mencoba mengeluarkan kotoran dan membuat telinga sedikit tergores. Masalahnya adalah meskipun kotoran telinga berhasil sedikit dikeluarkan, justru proses ini mungkin mendorong lebih banyak kotoran telinga ke dalam," jelas dokter Henry.
Baca Juga: Mengapa Kita Tidak Bisa Mendengar dengan Baik Ketika di Dalam Air?
Baca Juga: Gabrielle Berlatier, Perempuan yang Menerima Kuping Pelukis Van Gogh
Baca Juga: Apakah Konser Musik Bikin Telinga Kita Alami Pendarahan? Berikut Penjelasannya
Apabila hal ini dilakukan terus menerus, cepat atau lambat saluran telinga akan dipenuhi dengan kotoran telinga. Sementara itu, Dr. Hilary Brodie, profesor otolaryngology atau THT dari UC Davis Health kepada Today.com melarang penggunaan korek kuping untuk membersihkan kotoran telinga.
Source | : | today,SciTechDaily |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR