Nationalgeographic.co.id—Metode-metode pembunuhan yang sadis dan brutal di zaman Romawi kuno telah disatukan dalam sebuah buku berjudul A Fatal Thing Happened on the Way to the Forum: Murder in Ancient Rome. Buku ini ditulis oleh Emma Southon, seorang sejarawan di University of Birmingham di Inggris.
Dalam buku terbarunya ini, Southon mengeksplorasi berbagai mode pembunuhan di Romawi kuno. Mulai dari penyaliban, melemparkan orang ke binatang buas, dan membakar manusia.
Satu kisah khusus menceritakan suatu peristiwa ketika Kaisar Augustus makan malam dengan Vedius Pollio. Kala itu, seorang pelayan memecahkan sebuah gelas kristal.
Marah, Vedius segera memerintahkan agar pelayan tersebut dilemparkan ke belut-belut yang lapar. Namun Augustus memerintahkan para anak buahnya untuk menghancurkan semua kristal di meja.
Akhirnya Vedius Pollio tidak dapat membunuh pelayannya yang telah memecahkan satu gelas tersebut karena para anak buah Augustus telah memecahkan lebih banyak gelas lain.
Baca Juga: Jenis-Jenis Gladiator dalam Pertarungan Mematikan Romawi Kuno
Dikutip oleh Ancient Origins, dalam buku ini Southon membahas kehidupan seorang Vedius Pollio, seorang Romawi kaya yang merupakan teman Kaisar Romawi Augustus. Vedius terkenal karena memelihara reservoir belut pemakan manusia tempat dia akan membuang budak yang tidak menyenangkannya.
Bagaimanapun, kehidupan di Roma kuno memang identik dengan cerita-cerita sadis seperti itu. Bahkan, legenda pendirian kota itu sendiri adalah mengenai salah satu kejadian pembunuhan: Romulus membunuh Remus.
Ketika Southon memulai penelitiannya, dia "terkejut" oleh sifat rumit dari eksekusi publik di Roma kuno. Peneliti menemukan bahwa penyaliban terjadi di sebagian besar ruang publik dan bahwa orang-orang Romawi telah menjadi kebal terhadap pemandangan mengerikan dan bau busuk dari tubuh-tubuh yang membusuk "bergantungan di kayu salib saat mereka melakukan aktivitas sehari-hari."
Berbicara dengan Ars Technica, Southon mengatakan "pembunuhan sangat spesifik secara budaya dan tidak mudah didefinisikan" sehingga dalam buku barunya dia mencoba untuk "mengkatalogkan" berbagai bentuk pembunuhan yang digunakan di Roma kuno.
Southon mengatakan hukum Kaisar Konstantin adalah yang pertama melarang sejumlah cara yang disetujui untuk membunuh budak, termasuk "jangan membakar mereka," "jangan melempar mereka," dan "jangan pukul mereka dengan batu." Meski piagam hukum ini menghentikan beberapa metode pembunuhan budak, piagam itu membuka pintu untuk apa pun yang "tidak" disebutkan dalam undang-undang tersebut.
Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang
Dari hasil risetnya, Southon merinci adanya kasus keracunan, cambuk, pemukulan, dan orang-orang Romawi yang dilemparkan dari jendela, dari tebing, dan ke sungai. Dia menulis tentang orang-orang Romawi yang ditikam bagian jantung dan matanya serta para penjahat yang dihukum mati di tangan para gladiator.
Satu hal yang Southon temukan, penyaliban adalah metode eksekusi yang dirancang khusus untuk memalukan, menyiksa, dan sangat umum dilakukan di Roma kuno. Dalam bukunya itu, Southon menceritakan satu peristiwa tragis ketika "400 pria, wanita dan, anak-anak dikumpulkan, diarak di jalan-jalan dan dibawa keluar Gerbang Esquiline di mana, selama berjam-jam, mereka diikat atau dipaku di salib dan dibiarkan berhari-hari untuk itu."
Southon juga mencatat bahwa orang-orang yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana biasanya dipukuli dengan tongkat berwarna darah sebelum diikat ke dalam karung kulit sapi. Karung itu pada akhirnya akan dibuang ke laut sehingga yang bersalah akan tenggelam.
Si pembunuh yang babak belur dan berdarah tidak tergeletak sendirian dalam karung. "Seekor anjing, ayam jantan, monyet, dan ular juga ditempatkan di dalam sebelum karung itu dijahit dan dibuang ke laut," di mana kengerian yang tak terbayangkan akan terjadi di dalam.
Southon mengatakan sebagian alasan tubuh si pembunuh ditempatkan dalam karung adalah agar tubuh itu tidak mencemari bumi setelah mati. Dia mendesak para pembaca untuk: "Pikirkan selama lima detik tentang kengerian terjebak dalam karung dengan seekor anjing yang ketakutan, dan kemudian kita akan beralih ke jalinan teror yang kacau balau yang dibawa ayam, monyet, dan ular ke dalam proses penenggelaman tersebut."
Source | : | ARS Technica,ancient origins |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR