Baca Juga: Manusia Bermigrasi dari Sulawesi Selatan ke Flores Lewat Selayar
Pandangan lain bagaimana rempah Nusantara bisa ada di negeri antara Afrika utara dan Asia Barat itu, antropolog Inggris Roger Blench memperkirakan terjadi akibat kemampuan berlayarnya orang Nusantara itu sendiri. Dalam tulisannya di The Indian Ocean Antiquity, orang Nusantara telah berinteraksi dengan orang Afrika karena kepandaian mereka dalam mengarungi lautan.
"Hipotesis yang masih didiskusikan cenderung sederhana: bahwa ada kesamaan atau punya hubungan dekat, kelompok Austronesia yang tinggal di Madagaskar juga mencapai pesisir Afrika Timur di masa pra sejarah yang lebih tua dari 500 Masehi," tulisnya.
"Mereka tiba di pesisir dengan melintasi lautan dan langsung membentuk komunitas pesisir, berdagang dan menjadi perompak. Kebudayaan Austronesia telah nampak tersisa di Madagaskar, karena tempat itu adalah tempat yang layak jadi pemukiman dari pulau tak berpenghuni."
Di Afrika, mereka bertemu dengan masyarakat suku Bantu. Sedangkan bangsa Austronesia yang datang dari dan tinggal di Madagaskar sangat identik dengan kebudayaan di Kalimantan.
Rute melintasi Samudra Hindia inilah yang diperkirakan membantu membuat perdagangan tingkat dunia di masa berikutnya. Orang Mesir juga diyakini melakukan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Afrika, sehingga mendapatkan barang eksotis.
Romantisisasi kemampuan berlayar ke negeri-negeri jauh ini terekam lewat lagu anak-anak, Nenek moyangku. Romantisasi ini menceritakan bahwa leluhur orang Nusantara adalah seorang pelaut yang gemar mengarungi luas samudra.
Sampai saat ini, untuk mengetahui bagaimana perdagangan dalam milenium pertama Masehi tentang kapal masih ditelisik di situs Bongal oleh Ery dan tim. Perahu yang ditemukannya memiliki jenis kebudayaan Asia Tenggara yang masih dalam pengungkapan rinciannya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR