Nationalgeographic.co.id - Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum pada masa kanak-kanak. Menurut laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gangguan ini biasanya pertama kali didiagonis pada masa kanak-kanak dan sering berlangsung hingga dewasa.
Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif atau terlalu aktif. Dilansir dari SciTechDaily, selama 20 tahun terakhir diagnosis ADHD telah meningkat secara eksponensial.
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa gangguan ini memengaruhi antara dua persen dan lima persen anak-anak di Spanyol. Rata-rata satu atau dua anak per kelas, hingga empat persen dari populasi orang dewasa.
Meskipun angka kejadiannya tinggi, terdapat kontroversi seputar pengobatan dan pendekatan terapeutik. Hal ini sangat bervariasi tergantung pada setiap pasien, gejala yang timbul, dan intensitasnya. Terkait dengan alasan ini, para ahli terus menyelidiki berbagai komponen dan zat yang mungkin mampu memberikan peluang pengobatan baru untuk pasien yang didiagnosis dengan ADHD.
Tim ahli di Universitat Oberta de Catalunya (UOC) di Spanyol dengan Cognitive NeuroLab Group dari Fakultas Ilmu Kesehatan UOC telah mempelajari kemungkinan memasukkan kafein dalam terapi yang digunakan untuk meringankan beberapa gejala ADHD. Mengingat adanya kontroversi seputar penggunaan beberapa obat yang berasal dari methylphenidate.
Studi ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Nutrients dengan judul "Effects of Caffeine Consumption on Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Treatment: A Systematic Review of Animal Studies" pada 10 Februari 2022. Disimpulkan bahwa konsumsi kafein yang ditentukan dapat meningkatkan perhatian dan kapasitas retensi pada remaja dan orang dewasa yang menderita gangguan kejiwaan ini.
“Pengobatan untuk mengurangi ADHD terbatas dan ada tingkat tertentu terkait kontroversi seputar penggunaan beberapa jenis obat dan stimulan terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Karena itulah bermanfaat untuk mempelajari khasiat zat lain, seperti kafein,” jelas Javier Vázquez peneliti di Cognitive NeuroLab Group yang terlibat dalam studi ini.
Menurut penulis, ini adalah tinjauan sistematis pertama yang telah dilakukan, termasuk pada tingkat sel. Hasil studi ini menghubungkan konsumsi kafein pada model hewan ADHD yang berbeda dengan peningkatan durasi perhatian, peningkatan konsentrasi, manfaat pembelajaran, dan peningkatan dalam beberapa jenis memori.
Baca Juga: Begini Cara Kerja Otak yang Membuat Anda Menjadi Kecanduan Kafein
Baca Juga: Kafein Meningkatkan Kewaspadaan dan Reaksi pada Target yang Bergerak
Baca Juga: Apakah Berjalan Kaki Sama Efektifnya dengan Kafein dalam Meningkatkan Energi?
“Zat ini meningkatkan jenis prosedur kognitif, meningkatkan kapasitas dan fleksibilitas dalam perhatian spasial dan perhatian selektif, serta dalam memori kerja dan memori jangka pendek,” tegas Vazquez.
Beliau menambahkan bahwa pengobatan terkontrol dengan zat ini tidak mengubah tekanan darah dan tidak menyebabkan pengurangan atau penambahan berat badan.
Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa kafein dapat menjadi alat terapi untuk jenis gejala ini. Akan tetapi hasil untuk gejala karakteristik ADHD lainnya, seperti hiperaktif dan impulsif, masih belum jelas.
“Hasilnya sangat positif, tetapi kita harus lebih berhati-hati saat meresepkan perawatan medis berbasis kafein untuk gejala ini. Dalam diagnosis di mana masalahnya murni atensi, kafein mungkin merupakan terapi yang tepat, tetapi jika ada gejala hiperaktif atau impulsif, kita harus lebih berhati-hati,” ujar sang peneliti studi.
Para penulis studi ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian mereka memperkuat hipotesis bahwa efek kognitif kafein yang ditemukan pada model hewan dapat diterjemahkan dan diterapkan dalam pengobatan ADHD pada manusia. Terutama pada usia muda seperti remaja.
Sementara itu, Javier Vázquez menuturkan bahwa ia dan tim tidak menentang pengobatan untuk ADHD. Pihaknya terbuka untuk menyelidiki semua alternatif yang memungkinkan untuk memperbaiki jenis gangguan ini.
Source | : | CDC,SciTechDaily |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR