Nationalgeographic.co.id—Dahulu, astrologi dengan zodiak adalah ilmu pengetahuan yang bisa disamakan dengan astronomi, ketika pengetahuan manusia terbatas.
Leluhur kita melihat ke langit dan berimajinasi pola-pola yang dibentuk bintang. Maka pemahaman tata letak posisinya disebut sebagai astronomi, kemudian pola-pola itu dimaknai sebagai ramalan atau menjadi astrologi.
Pada masa dahulu, keduanya adalah ilmu pengetahuan yang bersanding seperti yang telah dicatat oleh Claudius Ptolameus (90-168 M). Pemahaman kita saat itu memandang Bumi adalah pusat segalanya, dan bintang-bintang beserta planet yang dikira mengitari kita punya pengaruh terhadap kehidupan kita secara ajaib.
Itulah yang menyebabkan dalam pembacaan astrologi yang digadangkan 'paling benar', menyertakan posisi Bulan, Merkurius, Venus, dan sebagainya selain zodiak bintang kita.
Contoh, saya mengetahui bahwa berdasarkan suatu situs astrologi, ternyata saya adalah seorang Cancer dengan rising sign Virgo, Bulan Pisces, Merkurius Leo, dan Venus Gemini.
"Namun begitu Copernicus, Kepler, dan Galileo menyadari bahwa planet-planet mengitari Matahari, alih-alih Bumi, serta Newton menemukan hukum-hukum fisika di balik perilaku benda-benda langit ini, astrologi dan astronomi terpecah--dan tidak pernah dapat dipersatukan kembali," tulis James Kaler, profesor astronomi di University of Illionois di The Conversation.
Kaler menjelaskan ada dua alasan utama mengapa astrologi zodiak tidak lagi relevan. Pertama, bentuk-pola zodiak itu hanya berdasarkan pemahaman suatu kebudayaan, yang berbeda dengan kebudayaan lainnya, padahal sebenarnya bintang-bintang itu terletak secara acak.
Misalnya, Timur-Tengah dan Yunani Kuno membentuknya sebagai pola berdasarkan imajinasi budaya mereka dengan menarik-narik garisnya. Sedangkan peradaban Inca, membuat rasi bintang berdasarkan titik-titik gelap di Bima Sakti, bukan berdasarkan bintang yang tampak.
Baca Juga: Penjelasan Sains Ringkas, Perbedaan antara Astronomi dan Astrologi
Baca Juga: Asal Mula Astrologi, Kenapa Ramalannya Terasa Relevan untuk Kita?
Baca Juga: Bagaimana Ramalan-Ramalan Nostradamus Dapat Memengaruhi Dunia Kita?
Belum lagi penghitungannya menjadi salah jika disandingkan dengan astronomi mengenai letak-letak tanda zodiak itu.
"Contohnya, Matahari melewati rasi bintang Scorpio hanya dalam lima hari, tetapi membutuhkan 38 hari untuk melewati Taurus. Ini adlaah salah satu alasan mengapa tanda-tanda astrologi tidak sejalan dengan rasi bintang zodiak."
Kedua, tanda-tanda astrologi tidak lagi relevan karena sumbu rotasi Bumi bergoyang. "Gerakan ini mengubah bagaimana zodiak terlihat dari Bumi, dan membuat rasi bintang tampak bergeser ke timur, kira-kira satu derajat setiap masa hidup seorang manusia," jelas Kaler.
Lantas, jika astrologi tidak masuk akal, mengapa masih ada yang percaya? Setidaknya ada tiga jawaban mengenai masalah ini.
Pertama, psikolog di University of Nevada Stephen Benning berpendapat bahwa stres dan ketidakpastian adalah faktor yang mendorong minat sesorang pada astrologi. Dia dalam Discover Magazine, menyebut bahwa minat itu ada karena astrologi "memiliki metode untuk memahami apa yang mungkin tampak absurd dan tidak terkandali akan terlihat menarik."
Orang yang mempercayai astrologi juga dapat membawa rasa kepastian pada seseorang selama masa-masa yang tidak pasti, tambahnya.
Menurut penelitian di jurnal European Psychologist tahun 1998, astrologi memberikan jawaban yang tidak tepat, penjelasannya punya makna yang ambigu dan membingungkan. Tetapi, minat untuk mempercayainya dapat meningkatkan rasa kontrol diri untuk memberikan rasa nyaman, dan mengurangi rasa stres mereka.
Kemudian, astrologi masih diminati karena beberapa individu tertarik untuk mendapatkan lebih banyak kejelasan tentang diri mereka sendiri, dan mengartikulasikan ide-ide yang sulit diungkapkan kata-kata.
Baca Juga: Penampakan Mirip Monster Jepang Ditemukan di Rasi Bintang Sagitarius
Baca Juga: Mengapa Dulu Ramalan Bintang Digunakan untuk Usir Setan?
Baca Juga: Mengapa Orang Percaya dengan Kekuatan Gaib? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Madelyn Good, pegiat kesehatan di BHcare mengatakan, "orang yag mengalami kesadaran diri yang lebih rendah, lebih cenderung mendukung kepercayaan astrologi."
Di sisi lain, Benning mengatakan, kesadaran diri ini mungkin juga merupakan konsekuensi dari Efek Barnum.
Efek Barnum adalah fenomena seseorang berpikir bahwa suatu pernyataan yang luas (biasanya ambigu) juga berlaku pada pribadi mereka. Contoh, dalam suatu pernyataan mengatakan: "orang dengan zodiak Leo biasanya cerdas" yang kemudian diamini oleh mereka yang berzodiak Leo.
Sebelumnya, National Geographic Indonesia mengabarkan bahwa orang yang percaya pada astrologi berkaitan dengan kecerdasan yang rendah. Hal itu disebabkan adanya potensi kepercayaan seorang pada paranormal yang sering dikaitkan dengan kurangnya kemampuan berpikir kritis.
Terakhir, hal yang menyebabkan orang masih memegang teguh astrologi disebabkan budaya pop, yang membuat individu ingin hadir di dalamnya.
"Kami telah melihat selebriti secara terbuka mendukung kepercayaan atau keterlibatan mereka dengan astrologi, termasuk Lady Gaga merencanakan tanggal turnya seputar keselarasan astrologi," kata Good.
Paparan seperti ini menarik minat individu dan terpengaruh untuk terlibat dalam praktik itu sendiri.
"Meningkatnya popularitas astrologi mendorong perlunya penelitian kesehatan masyarakat untuk melampaui penilaian validitas ilmiah astrologi, dan lebih tepatnya, menjelaskan bagaimana individu terlibat dalam dengan astrologi dan bagaimana hal ini memengaruhi kesehatna mereka secara keseluruhan," lanjutnya.
Source | : | The Conversation,National Geographic Indonesia,Discover Magazine |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR