"Konflik menjadi semakin para ketika pada tanggal 6 April 1994, saat Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana menjadi korban penembakan saat berada di dalam pesawat terbang," terusnya.
Baca Juga: Kontroversi di Balik Tewasnya Jutaan Orang Armenia oleh Turki Utsmani
Baca Juga: Analisis DNA Raksasa Segorbe Singkap Genosida Etnis Muslim di Spanyol
Baca Juga: Studi: Ada 15 Ribu Yahudi yang Dibunuh Per Harinya Saat Holocaust
Baca Juga: Holocaust dan Perjalanan Kebencian yang Ditularkan oleh Nazi Jerman
Tidak diketahui apakah serangan itu dilakukan oleh Front Patriotik Rwanda (RPF), sebuah organisasi militer Tutsi yang ditempatkan di luar negeri pada saat itu, atau oleh ekstremis Hutu yang mencoba menghasut pembunuhan massal.
Bagaimanapun, ekstremis Hutu di militer Interahamwe, yang dipimpin oleh Kolonel Theoneste Bagosora, segera merespon dan beraksi, membunuh Tutsi dan Hutu moderat dalam beberapa jam setelah kecelakaan.
Penjaga perdamaian Belgia terbunuh pada hari berikutnya, faktor kunci dalam penarikan pasukan PBB dari Rwanda. Segera setelah itu, stasiun radio di Rwanda menyiarkan seruan kepada mayoritas Hutu untuk membunuh semua orang Tutsi di negara itu.
Tentara dan polisi nasional mengarahkan pembantaian, terkadang mengancam warga sipil Hutu untuk ikut melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Tutsi, jika bujukan tidak berhasil.
Source | : | History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR