Penelitian menunjukkan bahwa Dhaka, ibu kota Banglades, memiliki peningkatan terbesar dalam kematian dini akibat polusi udara selama masa studi. Antara 2005 dan 2018, sekitar 24.000 lebih orang di kota itu mungkin meninggal sebelum waktunya karena polusi udara. Sementara kota-kota India seperti Mumbai, Bangalore, Kolkata, Hyderabad, Chennai, Surat, Pune, dan Ahmadabad memakan 100.000 orang.
Untuk semua kota, tim menulis, peningkatan polutan bisa berbahaya bagi kesehatan hingga 14 persen untuk nitro dioksida, dan mencapai delapan persen untuk partikel halus (PM 2.5), peningkatan amonia hingga 12 persen, dan 11 persen untuk senyawa organik volatil reaktif.
Untuk Jakarta, terdapat penurunan NO2 bersama empat kota lainnya. "Arah tren NO2 kami konsisten dengan penelitian sebelumnya yang berfokus pada kota-kota besar di seluruh dunia. Konsistensi ini mencakup pembalikan tren dan positif ke negatif di Jakarta dan Riyadh pada 2011 dan dari negatif ke positif di Manila pada 2009," tulis mereka.
"Hanya Jakarta yang menunjukkan bukti peningkatan kualitas udara karena langkah-langkah kebijakan, dan peningkatan tersebut memiliki efek terbatas, yang mengarah pada penurunan NO2 dan VOC reaktif tetapi tidak pada NH3 atau PM2.5."
Masalahnya, terang Vohra, kondisi semakin memburuk, baik karena lebih banyak polusi yang dihasilkan dan aktivitas kota-kota berkembang. Penelitian ini menunjukkan bahwa di seluruh daerah tropis, telah terjadi peningkatan 62 persen dalam jumlah kematian dini yang berhubungan dengan polusi.
Akan ada banyak orang yang akan mati sebelum waktunya kecuali solusi ditemukan, ujarnya. "Bahkan, jika kualitas udara tidak berubah, populasi perkotaan meningkat di semua kota di daerah tropis, jadi ini pasti akan meningkatkan paparan perkotaan," tambahnya.
Sementara, kota-kota tropis di Afrika mengalami jumlah kematian yang lebih rendah karena adanya perbaikan baru-baru ini dalam perawatan kesehatan di seluruh benua. Peningkatan itu membuat penurunan kematian dini secara keseluruhan. Namun, dampak terburuk dari polusi udara pada kesehatan kemungkinan akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.
"Kami terus mengalihkan polusi udara dari satu wilayah ke wilayah berikutnya, daripada belajar dari kesalahan masa lalu dan memastikan industrialisasi yang cepat dan pembangunan ekonomi tidak membahayakan kesehatan masyarakat," kata Eloise Marais, rekan penulis studi dari institut yang sama. "Kami harap, kita akan mendorong tindakan pencegahan di daerah tropis."
Source | : | eurekalert,new scientist |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR