Monster misterius
Pada abad-abad berikutnya, penyelidikan mendalam dilakukan untuk mencari penyebab kematian yang mengerikan ini di wilayah Gévaudan. Salah satu yang paling populer adalah yang berasal dari supranatural: manusia serigala. Sains telah mengesampingkan yang satu itu. Tetapi legenda itu bertahan selama bertahun-tahun, mungkin karena desas-desus bahwa Chastel menembak monster dari Gévaudan dengan peluru perak.
Baca Juga: Arkeolog Singkap Lubang Misterius Korban Pembantaian di Prancis
Baca Juga: Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis
Baca Juga: Pengaruh Politik Revolusi Prancis yang Berkelana Hingga Hindia Belanda
Baca Juga: Makna Semboyan Liberte, Egalite, Fraternite dalam Budaya Prancis
Para ahli berspekulasi bahwa ini ulah pembunuh berantai di Gévaudan yang menggunakan hewan buas untuk membantu membunuh korbannya. Lagi-lagi, sebagian ahli menganggap ini pun mengada-ada.
Jawaban dengan dukungan paling banyak datang dari dunia hewan. Yang lain berpendapat bahwa binatang itu bisa jadi adalah makhluk dari luar Prancis yang kabur, seperti hyena.
Ahli biologi Karl-Hans Taake baru-baru ini berpendapat bahwa binatang itu adalah singa jantan muda yang melarikan diri. Surai singa yang belum dewasa akan terlihat aneh bagi penduduk pedesaan Prancis. Menurut Taake, singa itu akhirnya mati setelah memakan umpan beracun, yang ditempatkan di seluruh wilayah Gévaudan.
Sejarawan Jay M. Smith telah mengajukan teori yang kurang eksotis. Binatang buas dari Gévaudan mungkin terdiri dari beberapa serigala besar. Lensa pers yang menyimpang dan histeria nasional berikutnya menciptakan monster dari Gévaudan dengan segala kehebohannya.
Dunia modern mungkin telah merayap sampai ke Gévaudan, tetapi identitas binatang itu kemungkinan besar tidak akan pernah terpecahkan. Setiap pendapat dan teori tidak bisa memuaskan semua pihak. "Inilah yang menciptakan kesan penuh misteri di Gévaudan hingga kini,"
menambahkan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR