Nationalgeographic.co.id - Tim ilmuwan gabungan dari Brasil telah mendeskripsikan spesies baru moluska yang menghuni gua-gua di Brasil dan tempat lainnya di Amerika Selatan. Penemuan ini merupakan kontribusi baru bagi upaya konservasi habitat bawah tanah di Brasil, menurut laporan tersebut.
Spesies baru tersebut diberi nama Eupera troglobia. Spesies ini adalah spesies kerang penghuni gua pertama yang dideskripsikan secara lengkap yang ditemukan di Amerika selatan, dan mungkin yang kedua di dunia. Deskripsi tersebut telah diterbitkan di journal Subterranean Biology dengan judul "Eupera troglobia sp. nov.: the first troglobitic bivalve from the Americas (Mollusca, Bivalvia, Sphaeriidae)" belum lama ini.
Seperti diketahui, moluska adalah hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Artropoda.
Spesies eupera pada studi kali ini adalah genus moluska bivalvia dalam famili Sphaeriidae yang relatif tersebar luas di seluruh Amerika Selatan. Moluska ini biasanya ditemukan di akar eceng gondok, tanaman air yang mengapung di lingkungan air tawar yang tenang.
Sebanyak 11 spesies Eupera yang diakui secara ilmiah terdapat di Amerika Selatan di sebelah timur Andes. Semua spesies tersebut memiliki pigmentasi cangkang yang khas dengan bintik-bintik coklat tua dalam warna dasar krem.
Dr. Rodrigo Lopes Ferreira dari the Universitas Federal Lavras dan Dr. Luiz Ricardo Simone dari Museum Zoologi Universitas São Paulo mengatakan, moluska troglobit (penghuni gua) yang khas biasanya menunjukkan karakteristik sebagai berikut.
Yang pertama, tidak terdapat pigmentasi atau ada tapi sedikit dan berkurang. Kemudian yang kedua, tidak ada mata atau ada tetapi tereduksi. Kemudian yang ketiga, ukuran cangkangnya juga tereduksi atau lebih kecil.
"Bivalvia memiliki mata hanya dalam beberapa garis keturunan, Sphaeriidae tidak termasuk di antara mereka, jadi tidak adanya mata di Eupera tidak dapat dipertimbangkan," kata mereka seperti dikutip Sci-News.
Namun, mereka menjelaskan, bivalvia kecil dari Gua Casa de Pedra di wilayah tengah Brasil memiliki karakteristik lain untuk diklasifikasikan sebagai troglobit. Seperti tidak adanya pigmen, cangkang rapuh, dan ukuran kecil.
Catatan pertama Eupera troglobia muncul dalam laporan teknis 2006 Pusat Nasional untuk Eksplorasi dan Konservasi Gua Brasil. Dalam laporan itu, survei fauna Gua Casa de Pedra disajikan, dengan fokus pada invertebrata. Meskipun penulis menyajikan beberapa foto kerang, sedikit perhatian diberikan padanya, yang dianggap telah dibawa ke dalam gua oleh air.
Baca Juga: Menjadi Pemalas Merupakan Strategi Terbaik Untuk Bertahan Hidup
Baca Juga: Amoria thorae, Spesies Baru Siput Laut Karnivora dari Australia
Baca Juga: Mengapa 'Kerang Disko' Bisa Menampilkan Pertunjukan Cahaya Cemerlang?
Pada tahun 2010, Dr. Lopes Ferreira mengakses laporan tersebut dan mempertimbangkan kemungkinan bahwa kerang merupakan spesies penghuni gua karena depigmentasinya. Dia mencari spesimen sampel tetapi tidak dapat menemukan dalam koleksi di mana spesimen yang tersisa disimpan, menunjukkan bahwa spesimen tidak dikumpulkan pada kesempatan ini.
Pada tahun 2021, Dr. Lopes Ferreira dan Dr. Ricardo Simone mengunjungi Gua Casa de Pedra secara khusus untuk mencari kerang tersebut. Meskipun sebagian gua terendam banjir, para peneliti dapat menemukan spesimen dan mendeskripsikannya. dalam sebuah makalah di jurnal Subterranean Biology.
"Semua spesies Eupera Amerika Selatan yang diketahui memiliki bintik-bintik gelap yang jelas di wilayah tengah katup, kontras dengan latar belakang cokelat muda," kata mereka.
Mereka melanjutkan, bahwa Eupera troglobia adalah satu-satunya spesies yang tidak memiliki bintik-bintik gelap tersebut dan memiliki cangkang berwarna kuning pucat yang seragam, sedikit membedakan spesies baru dari kerabatnya.
"Penemuan kami adalah pengingat terbaru tentang betapa pentingnya konservasi habitat bawah tanah yang rapuh, mengingat harta karun yang mereka miliki. Sementara itu, undang-undang yang baru saja diamandemen di Brasil menempatkan gua pada risiko yang jauh lebih tinggi."
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR