Atraksi ini dapat dilihat di sepanjang jalan dari Marrakech menuju Essaouira. Kambing umumnya bertengger dari pagi hingga sore hari, saat lalu lintas paling padat.
Benaddi berharap ketika pengemudi menepi, mereka akan meninggalkan tip untuk atraksi para kambingnya itu. “Beberapa orang membayar 10 dirham (sekitar satu dolar),” katanya. Beberapa bahkan memberikan 10 dolar.
Baginya, uang itu sangat penting untuk menghidupi istri, lima anak, dan ternaknya. Seperti petani lain, Benaddi pun mengalami kesulitan saat kekeringan melanda dan panen gandumnya gagal. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia mulai melatih kambing untuk berpose pada tahun 2019.
Di saat hari ramai, setidaknya 10 kendaraan akan berhenti dan ia bisa mendapatkan sekitar 20 dolar Amerika.
Melatih kambing untuk berpose
“Butuh waktu hingga enam bulan untuk melatih kambing dan mereka sangat pintar,” kata Benaddi. Namun tidak sedikit dari kambing Benaddi yang keras kepala dan lebih suka mengembara, tuturnya.
Saat melatih, ia memikat kambing ke pohon dengan buah argan kemudian mendorong mereka ke tempatnya dengan tongkat. Anak kambing sering diikatkan pada batang pohon untuk memudahkan wisatawan berfoto dengannya.
Adnan El Aji, seorang dokter hewan di Essaouira, mengatakan kambing tangguh dan dapat mengatasi stres. Misalnya panas dan kelangkaan air. Tetapi berdiri di pohon selama berjam-jam di bawah terik matahari bisa menyebabkan terkena sengatan panas dan dehidrasi.
Kambing pun bisa jatuh serta mengalami patah tulang. Ia ingat ketika seorang turis membawa kambing yang mengalami patah kaki. “Turis itu yang membayar biaya pengobatannya,” ungkap dokter hewan itu.
Eksploitasi hewan
“Maroko tidak memiliki undang-undang perlindungan hewan yang kuat,” kata Holtz.
Kambing yang dipaksa memanjat pohon untuk kesenangan turis. Ini sama dengan penyiksaan hewan. “Meskipun aktivitas itu mungkin tampak tidak menyiksa, ini adalah kekejaman terhadap hewan,” tambahnya lagi.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR