Namun di Maroko, memanjat pohon adalah perilaku alami kambing. Perilaku alami kambing ini sebenarnya membantu penyebaran biji argan oleh kambing. Namun di sisi lain, kambing juga melahap daun dan bibit sehingga memperlambat penyebaran pohon argan.
Benaddi memiliki alasannya sendiri. Ia menolak dianggap kejam karena memaksa kambing-kambing itu bertengger selama berjam-jam. “Kambing-kambing itu hanya berada di pohon selama tiga sampai empat jam setiap kali,” katanya.
“Bayangkan jika saya menahan mereka di dalam rumah, terkurung dan kelaparan,” imbuhnya. Menurutnya, petani tidak memiliki uang sehingga tidak bisa memberi makan ternaknya. Jadi, ini adalah satu-satunya solusi, baik bagi kambing maupun pemiliknya. Uang yang dihasilkan dari turis bisa digunakan untuk menghidupi keluarga dan ternak.
Harapan petani Maroko
Kondisi kekeringan di Maroko diperkirakan akan meningkat hingga pertengahan abad, menurut Kementerian Pertanian Maroko. Jika sebelumnya petani tidak perlu mengeluarkan uang untuk memberi makan kambing, lain halnya sekarang. Kekeringan membuat kambing kehilangan lanskap hijau di sekitar pohon argan.
Elaamrani si pemandu wisata mengatakan bahwa ia lebih suka melihat kambing-kambing itu berkeliaran dengan bebas. Tetapi setelah dua tahun pandemi, dia tidak mampu menolak keinginan turisnya.
"Mereka membayar sejumlah uang untuk melihat atraksi," katanya. Elaamrani pun mencoba menjelaskan situasinya dengan cara yang jujur. “Ini bukan masalah hitam-putih. Sulit bagi kambing, tetapi juga sulit bagi orang yang memeliharanya,” Elaamrani menambahkan.
Benaddi mengatakan bahwa di dunia yang ideal, tanah akan menjadi hijau kembali. Mereka akan kembali bertani dan bisa menjaga keluarga. Pada akhirnya, kambingnya tidak perlu berdiri di pinggir jalan, menunggu orang berhenti dan memberinya tip.
“Kami berharap yang terbaik,” katanya. "Tapi hanya Tuhan yang tahu masa depan."
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR