Lebih dari separuh negara bagian di Amerika Serikat (AS) saat ini telah melegalkan penggunaan ganja, terutama untuk kesenangan dan medis. Belakangan, justru ganja medis mulai tersedia luas di apotek di AS. Tapi sayangnya, ada banyak produk yang tersedia ternyata belum dipelajari dengan baik.
Menurut tinjauan bukti sistematis baru, bukti di balik keefektifan produk terkait ganja untuk mengobati nyeri kronis sangat tipis jika tidak ingin disebut belum jelas. Fakta tersebut ironis, mengingat ganja dilegalkan utamanya untuk rekreasi dan tujuan medis.
Para peneliti di Oregon Health and Science University menyelidiki lebih lanjut penggunaan ganja medis yang mulai meluas. Mereka menemukan ada banyak produk di apotek yang ternyata tidak memiliki bukti ilmiah yang cukup.
Tinjauan ilmiah tersebut telah diterbitkan di Annals of Internal Medicine dengan judul "Cannabis-Based Products for Chronic Pain" pada 7 Juni 2022. Proyek ini didanai oleh Agency for Healthcare Research and Quality of the U.S. Department of Health and Human Services.
Para peneliti memang menemukan bukti untuk mendukung manfaat jangka pendek dalam mengobati nyeri neuropatik, yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer. Salah satunya, neuropati diabetik yang mengakibatkan rasa sakit—seperti rasa terbakar dan kesemutan.
Setidaknya ada dua produk sintetis yang disetujui FDA dengan 100 persen tetrahydrocannabinol, atau THC dronabinol (dengan nama dagang Marinol) dan nabilone (Cesamet). Kedua produk tersebut juga menyebabkan efek samping yang menonjol termasuk sedasi dan pusing.
Produk lain, semprotan sublingual dari bagian yang sama THC dan cannabidiol atau CBD, diekstraksi dari tanaman ganja, yang dikenal sebagai nabiximols. Obat ini juga menunjukkan bukti beberapa manfaat klinis untuk nyeri neuropatik, meskipun produk tersebut tidak tersedia di AS. Produk ini juga menyebabkan untuk efek samping, seperti mual, sedasi dan pusing.
Penulis utama Marian S. McDonagh, secara umum, temuan tersebut dan jumlah bukti yang terbatas, telah mengejutkan kita semua. McDonagh merupakan profesor emeritus informatika medis dan epidemiologi klinis di OHSU School of Medicine.
"Dengan begitu banyak desas-desus seputar produk terkait ganja, dan ketersediaan ganja rekreasi dan medis yang mudah di banyak negara bagian, konsumen dan pasien mungkin berasumsi akan ada lebih banyak bukti tentang manfaat dan efek sampingnya," kata McDonagh.
Tapi sayangnya, ia melanjutkan, hanya ada sedikit penelitian yang valid secara ilmiah untuk sebagian besar produk ganja yang dijual di apotek di AS. "Kami hanya melihat sekelompok kecil studi kohort observasional tentang produk ganja yang akan mudah tersedia di negara bagian yang mengizinkannya, dan ini tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan penting tentang pengobatan nyeri kronis," McDonagh menambahkan.
Untuk beberapa produk ganja, seperti produk tanaman utuh, datanya jarang dengan perkiraan efek yang tidak tepat dan penelitian memiliki keterbatasan metodologis.
"Produk ganja sedikit berbeda dalam hal komposisi kimianya, dan ini dapat memiliki efek penting dalam hal manfaat dan bahaya bagi pasien," kata rekan penulis Roger Chou, M.D., direktur OHSU's Pacific Northwest Evidence-based Practice Center.
"Itu menyulitkan pasien dan dokter karena bukti untuk satu produk berbasis ganja mungkin tidak sama untuk yang lain."
Untuk penelitian ini, peneliti mencari lebih dari 3.000 studi dalam literatur ilmiah pada Januari tahun ini dan muncul di total 25 dengan bukti ilmiah yang valid. Sebanyak 18 studi terkontrol secara acak dan tujuh studi observasional setidaknya selama empat minggu.
Baca Juga: Kaitan Legalisasi Ganja dengan Penurunan Penggunaan Obat Resep
Baca Juga: Bayi Terpapar Ganja di Rahim Berisiko Tinggi Alami Masalah Kesehatan
Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli
Baca Juga: Ekstrak Ganja pada Zaman Kuno Mampu Sembuhkan Penyakit Sihir
Efek ganja dan produk terkait didasarkan pada kemampuannya untuk meniru sistem endocannabinoid tubuh sendiri. Sistem ini terdiri dari reseptor dan enzim dalam sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh dan dapat mempengaruhi sensasi rasa sakit.
Dalam tinjauan bukti, para peneliti mengurutkan jenis produk menjadi rasio THC dan CBD yang tinggi, sebanding, dan rendah dan membandingkan manfaat dan efek samping yang dilaporkan.
Dronabinol dan nabilone masuk ke dalam kategori rasio THC terhadap CBD tinggi, dengan 100 persen THC (tanpa CBD), menunjukkan manfaat paling besar di antara produk yang diteliti.
"Sejujurnya, saran terbaik adalah berbicara dengan dokter perawatan primer Anda tentang kemungkinan perawatan untuk nyeri kronis," kata McDonagh. "Jika Anda ingin mempertimbangkan ganja, Anda perlu berbicara dengan dokter Anda."
Source | : | Annals of Internal Medicine,Oregon Health & Science University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR