Nationalgeographic.co.id—Kesehatan tanah dan kualitas tanah telah berkembang sebagai konsep yang penting. Manusia terus memperluas pemahamanya tentang tanah sebagai faktor vital untuk produktivitas tanaman yang kuat. Konsep-konsep ini juga telah menekankan kesadaran kita bahwa tanah memang merupakan sumber daya tak terbarukan yang terbatas. Di simping itu tanah memerlukan pengelolaan yang disengaja untuk menghindari atau meminimalkan degradasinya.
Menurut John W. Doran, kesehatan tanah adalah kapasitas tanah untuk berfungsi dan menopang produktivitas tanaman dan hewan, memelihara atau meningkatkan kualitas air dan udara juga meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan.
Kesehatan tanah yang optimal membutuhkan keseimbangan antara fungsi tanah untuk produktivitas, berikut kualitas lingkungan dan kesehatan tanaman dan hewan. Semua hal itu sangat dipengaruhi oleh keputusan pengelolaan dan penggunaan lahan. Kesehatan tanah berfokus pada kehidupan, sifat dinamis tanah yang menggabungkan atribut biologis keanekaragaman hayati, struktur jaring makanan, fungsi ekosistem dan hubungan intim mikroorganisme tanah dengan tumbuhan dan hewan.
Petani dan pendukung eko-pertanian mengakui pentingnya keanekaragaman mikroba tanah. Fungsinya sebagai sumber utama untuk mempertahankan kapasitas fungsional ekosistem pertanian dan alami.
Meskipun kelimpahan mikroorganisme di tanah mudah terlihat, kita sering mengabaikan pentingnya keanekaragaman hayati mikroba. Keragaman itu diperlukan untuk kinerja yang efektif dari sebagian besar fungsi. Sebagai contoh, degradasi zat organik kompleks seperti lignin dan selulosa dalam residu tanaman membutuhkan kelompok mikroorganisme tertentu, sering disebut konsorsium. Setiap anggota menghasilkan enzim spesifik untuk melakukan satu atau lebih langkah dalam jalur degradasi.
Para peneliti di Universitas Oklahoma telah menemukan bahwa iklim yang semakin memanas akhir-akhir ini telah menurunkan keanekaragaman mikroba, yang penting bagi kesehatan tanah.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Jizhong Zhou, direktur Institute for Environmental Genomics di OU. Tim peneliti melakukan percobaan delapan tahun yang menemukan bahwa pemanasan iklim memainkan peran utama dalam membentuk keanekaragaman hayati mikroba, dengan efek negatif yang signifikan. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology pada 13 Juni 2022 dengan judul Reduction of microbial diversity in grassland soil is driven by long-term climate warming.
"Perubahan iklim adalah pendorong utama hilangnya keanekaragaman hayati dari skala lokal ke global, yang selanjutnya dapat mengubah fungsi dan layanan ekosistem," kata Zhou. "Meskipun keanekaragaman hayati tanah di bawah tanah sangat penting dalam mempertahankan fungsi ekosistem, bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi kekayaan dan distribusi komunitas mikroba tanah (bakteri, jamur, protista) yang melimpah masih belum terselesaikan."
Menggunakan situs lapangan eksperimental multifaktor jangka panjang di OU, para peneliti dengan Institut Genomics Lingkungan universitas memeriksa perubahan komunitas mikroba tanah dalam menanggapi pemanasan eksperimental, curah hujan yang berubah dan pemotongan (penghapusan biomassa tahunan) pada bakteri tanah padang rumput, jamur dan keanekaragaman hayati protista sejak 2009.
Baca Juga: Peneliti Temukan Kehidupan di Dasar Laut yang Tertidur Selama 100 Juta Tahun
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR