Anak perempuan berlatih menari, senam dan lempar lembing dan cakram. “Semua latihan ini dapat membuat mereka kuat secara fisik untuk menjadi seorang ibu,” tambah Andrews.
Perpeloncoan dan perkelahian diperbolehkan
Untuk menguatkan dan mendorong perkembangan pejuang muda sebagai tentara, mereka sering dipancing untuk bertengkar. Agoge dirancang untuk membantu membuat para pemuda tahan terhadap kesulitan seperti dingin, lapar dan sakit. Anak laki-laki yang menunjukkan tanda-tanda pengecut atau takut menjadi sasaran ejekan dan kekerasan oleh rekan-rekan dan atasannya. Anak penakut itu pun dipelonco.
Perpeloncoan ini bahkan diikuti oleh gadis-gadis Sparta. Misalnya, dalam upacara tertentu, para gadis akan memilih peserta pelatihan untuk diejek dan dipermalukan. Tujuannya adalah agar para anak muda itu terdorong untuk meningkatkan kinerja.
Membatasi jatah makan dengan sengaja
Ketika seorang pria Sparta menyelesaikan fase utama agoge pada sekitar usia 21, dia terpilih menjadi syssitia.
Untuk mempersiapkan tentara menghadapi ketegangan perang dan mencegah kebugaran yang buruk, mereka makan makanan hambar. Tidak cuma hambar, jumlahnya pun terbatas.
Orang Sparta tergila-gila akan kebugaran fisik dan diet yang tepat. Maka tidak heran jika mereka membenci warga yang memiliki kelebihan berat badan. Biasanya, warga itu akan diejek di depan umum dan berisiko diusir dari Sparta.
Anggur adalah minuman utama orang Sparta, tetapi mereka jarang minum secara berlebihan. Anak-anak pun sering diperingatkan agar tidak mabuk. Untuk memberi contoh efek mabuk, seringkali helot (budak) dipaksa untuk meminum anggur dalam jumlah banyak supaya mabuk.
Semua pria Sparta diharapkan menjadi tentara seumur hidup.
Betapapun melelahkannya sistem pendidikan militer Sparta, kehidupan prajurit adalah satu-satunya pilihan bagi para pemuda. Menurut dekrit anggota parlemen, warga pria secara hukum dilarang memilih pekerjaan apa pun selain militer. Komitmen ini dapat bertahan selama beberapa dekade, karena prajurit diharuskan untuk tetap bertugas hingga usia 60 tahun.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR