Nationalgeographic.co.id - Sekitar usia 20, Plato mulai belajar dengan Socrates. Saat itu, Plato hanyalah pemuda yang ingin berkontribusi untuk masyarakat, dan berpikir untuk berkarir di bidang politik. Akan tetapi keinginan itu ia urungkan karena melihat pemerintahan Athena tidak adil dan korup.
Sempat Plato menyambut Tiga Puluh Tiran yang menumbangkan pemerintahan kota peradaban Yunani kuno yang lalim itu. Lagi-lagi, kelompok oligarki itu hanya menimbulkan kekecewaan pada Plato. Ditambah di usianya 28 tahun, Socrates tidak hanya seorang mentornya, tetapi juga teman, dieksekusi minum racun atas tuduhan ketidaksopanan yang dibuat-buat.
"Plato menyimpulkan bahwa masalah politik tidak akan pernah berhenti sampai baik filsuf jadi penguasa atau penguasa jadi filsuf," terang Donald Robertson, ahli filsafat klasik Romawi dan Yunani kuno. Dia menulisnya di Plato's Academy Centre.
"Singkatnya, ini adalah gagasan terkenal Plato tentang apa yang disebut 'raja filsuf'. Dalam pandangannya, hanya seorang penguasa yang terdidik dengan baik, yang memahami sifat sejati kebaikan dan keadilan, yang akan memiliki sudut pandang yang benar dari mana dia dapat memerintah dengan baik," lanjutnya.
Setelah berkelana dan berhubungan dengan anggota sekolah filosofis lain seperti murid-murid Pythagoras di Italia, ia mulai membangun sekolah filsafatnya sendiri. Namanya adalah Akademia yang berada di taman atau hutan luar gerbang utara Athena, sehingga nama lengkapnya adalah Park Academy.
"Merupakan hal umum buat para filsuf untuk bertemu di taman umum Athena, terutama yang memiliki gimnasia, untuk terlibat dalam diskusi," jelas Robertson. "Kaum Sofis, juga, akan menggunakan ruang publik tersebut untuk memberikan pidato, menampilkan keterampilan retorika mereka, dan mencari siswa."
Akademia berdiri di tahun 387 SM saat Plato berusia 41 tahun setelah kembali dari Italia selatan. Taman dan rumah di dalamnya dibeli olehnya. Fasilitasnya tidak hanya sekolah dan pusat kegiatan pribadinya termasuk rumah, tetapi juga tempat pesta minum dan dialog filosofis dilakukan.
Baca Juga: Kenang Jasa Plato bagi Sejarah Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Baca Juga: Menyelami Filsafat Cinta dari Plato Pada Simposiumnya di Athena
Baca Juga: Aristoteles di Yunani dan Nasibnya karena Kedekatan dengan Makedonia
Baca Juga: Temuan Alat Selam Diving Bell oleh Aristoteles untuk Alexander Agung
Plato juga mendirikan kuil untuk sembilan Musai. Dalam mitologi Yunani, awalnya ada tiga Musai yang merupakan anak Zeus dari perselingkuhan dengan seorang Titan bernama Mnemosyne. Musai ini adalah dewi pembelajaran, pendidikan, dan sastra. Tempat persembahan sembilan Musai adalah hal yang umum di lingkungan pendidikan Yunani kuno.
Rumahnya mungkin ukurannya kecil dalam standar bangunan pribadi orang Romawi. Namun di sana mungkin ada perpustakaan pribadi yang terdiri dari banyak buku dan manuskrip penting untuk pengajaran.
"Strategi Plato dalam mendirikan sekolah itu brilian karena memberi sekolah itu dimensi publik dan privat. Banyak kegiatan sekolah berlangsung di Taman Akademi, di mana para anggota akan bertemu dan kemudian berbicara, berjalan di sepanjang jalan setapak," terang Robertson.
"Kegiatan lain berlangsung di rumah dan kebun Plato. Rasanya seperti memiliki yang terbaik dari kedua dunia: sekolah memiliki properti pribadi sementara juga memiliki akses ke kampus yang indah dan bebas digunakan, terbuka untuk semua."
"Pengaturan tersebut, bagaimanapun, juga menciptakan kebingungan bagi kita hari ini, karena ketika para penulis kuno berbicara tentang 'Akademi' sebagai sekolah, tidak selalu jelas apakah yang mereka maksud adalah taman atau milik pribadi Plato."
Isi pemikiran Plato tentang dunia pendidikan disebutkan dalam buku Republik-nya. Kemungkinan, gagasan ini diterapkan sebagai kurikulum yang sesuai dengan penyajian filosofi yang terperinci. Calon penerus bangsa harus bisa menguasai matematika mendalam, sehingga memungkinkan mereka memahami sifat Kebaikan berupa kebajikan, keadilan, kebijaksanaan, keberanian, dan moderasi.
Ada banyak siswa terdaftar di Akademia, termasuk perempuan. Diketahui siswi yang terdaftar adalah Mantinea dan Axiothea dari Philus. Aristoteles, yang kelak jadi filsuf dan mentor bagi Alexander Agung juga sekolah di sini. Hermias yang akan jadi mertua Aristoteles (ibu dari Pythias) pun belajar di sini.
Pada 347 SM, Plato meninggal dunia di usia 81 tahun. Diperkirakan dimakamkan di sekitar komplek taman Akademia-nya. Kepemimpinan Akademia dilanjutkan oleh Speusippus, keponakannya. Padahal, Aristoteles juga berharap bisa menggantikannya, tetapi gagal dan pada akhirnya keluar untuk membuat akademinya sendiri, Lyceum.
Akademia pun hancur ketika Jenderal Romawi Sulla menyerang Athena di tahun 86 SM. Dia menebang pepohonan tinggi dan hutan suci Akademia demi membuat mesin perang. Sisa-sisa Akademia masih bisa dilihat di Athena, Yunani, dalam situs arkeologi. Hari ini, pohon-pohon indah yang menghiasi salah satu pendidikan filsafat, matematika, dan politik itu telah tumbuh kembali.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR