Apa yang ditemukan para ilmuwan mengejutkan. Sementara elit Romawi dan Hun sedang berperang, orang-orang biasa yang tinggal di wilayah perbatasan ini hidup berdampingan. Mereka bahkan saling bekerja sama.
Perubahan gaya hidup suku Hun dan orang Romawi
Tulang-tulang yang dikubur di kuburan yang sama menunjukkan ciri-ciri gaya hidup yang sangat berbeda. Beberapa memiliki bukti bahwa pemiliknya adalah petani, yang lain memiliki ciri-ciri pengembara. Beberapa tulang menunjukkan bahwa individu tersebut dilahirkan dalam suku yang berkeliaran tetapi kemudian menetap. Yang lain menunjukkan perubahan gaya hidup yang berlawanan.
“Ada perubahan besar dalam keadaan kehidupan masyarakat, baik pada individu tertentu maupun dalam populasi,” kata Hakenbeck. "Orang-orang melakukan segala macam hal yang berbeda, tetapi mereka semua berakhir di kuburan yang sama."
Ini menunjukkan bahwa kisah kekerasan tidak manusiawi yang diceritakan oleh orang Romawi “kebanyakan tidak benar,” kata Hakenbeck. Menurutnya kisah tentang suku Hun tidak semata-mata tentang kekerasan. Namun merupakan kisah pertukaran lintas batas, kemampuan beradaptasi lintas batas.
Analisis Hakenbeck mengingatkan kita pada pepatah “kita adalah apa yang kita makan dan minum". Makanan yang berbeda akan meninggalkan ciri khas pada isotop karbon, nitrogen, dan strontium yang terkandung di dalam tulang seseorang.
Suku Hun nomaden hidup dari daging, susu, dan biji-bijian dan sisa-sisa yang diteliti mencerminkan hal itu. Sisa-sisa tersebut mengandung rasio nitrogen 15 yang lebih tinggi. Kondisi ini biasanya ditemukan dalam daging dan isotop karbon yang disukai oleh rumput daerah kering.
Sebaliknya, populasi pertanian kebanyakan mengonsumsi biji-bijian dan tanaman lain. Tulang mereka mengandung bentuk karbon yang disukai oleh buah-buahan, sayuran dan gandum.
Unsur strontium, yang larut dalam air minum dan dimasukkan ke dalam email gigi. Ini juga dapat digunakan untuk melacak individu ke tempat kelahirannya dan menentukan seberapa banyak mereka telah bepergian. Selain itu, beberapa tengkorak memiliki bukti modifikasi. Suku Hun dan orang kuno lainnya membentuk kepala mereka dengan mengikat tengkorak bayi.
Analisis isotop sisa-sisa dari kuburan Pannonia menunjukkan bahwa komunitas ini terus berubah. Tampaknya beberapa orang Hun tertarik pada gaya hidup pertanian dan menetap. Dalam kasus lain, para petani tampaknya telah mengangkat senjata dan bergabung dengan para penggembala yang bermigrasi. Tidak ada pola yang jelas berdasarkan jenis kelamin, modifikasi tengkorak atau barang kuburan yang menyertainya, kata Hakenbeck.
Ini tanda bahwa masyarakat biasa di perbatasan terus bertukar ilmu dan budaya meski para pemimpinnya berperang. Di sisi lain, masyarakat tersebut kerap menghadapi tekanan politik dan ekonomi.
"Ini adalah masa-masa sulit - ada kekerasan, ada ketidakstabilan ekonomi. Saya membayangkan memiliki jalan lain untuk berbagai jenis penghidupan adalah semacam polis asuransi," katanya.
Source | : | Washington Post,Daily Mail |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR