Nationalgeographic.co.id—Penelitian arkeologi terbaru menemukan bahwa bencana Mega Tsunami neolitik mungkin pernah terjadi antara 9.910 dan 9.290 Sebelum Masehi (SM) di pantai Carmel, Israel. Menurut penelitian tersebut diperkirakan tinggi gelombang ekstrim Tsunami mencapai 16 meter atau sekitar 52,5 kaki dan sejauh 3,5 kilometer.
"Peristiwa tsunami di zaman kuno memiliki pengaruh besar pada masyarakat pesisir,” kata penulis utama Gilad Shtienberg dari Departemen Antropologi di Pusat Arkeologi Kelautan Scripps di University of California, San Diego, dan rekan.
Shtienberg menjelaskan, catatan sejarah dan data geologis selama 6.000 tahun menunjukkan bahwa tsunami adalah fenomena umum yang mempengaruhi garis pantai Mediterania timur.
Tsunami terjadi dengan kecepatan sekitar 8 peristiwa per abad di wilayah Aegean selama 2.000 tahun terakhir. Sekitar 10 peristiwa per abad selama 3.000 tahun terakhir di lembah Levant.
"Sebagian besar peristiwa ini kecil dan hanya berdampak lokal," kata Shtienberg.
Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan deposit paleo-tsunami besar. Peristiwa tersebut terjadi antara 9.910 hingga 9.290 tahun yang lalu di situs arkeologi Tel Dor di barat laut Israel.
Tel Dor, yang terletak di sepanjang Pantai Carmel di barat laut Israel. Situs ini adalah gundukan kota maritim yang telah diduduki dari periode Perunggu Tengah II (2000 hingga 1550 SM) sepanjang periode Romawi (abad ke-3 M).
"Sementara sisa-sisa Bizantium dan Tentara Salib berada juga ditemukan di tel," kata para peneliti.
"Lingkungan lokal Dor dicirikan oleh serangkaian pantai teluk/kantong unik yang menonjol dari morfologi linier permukaan pantai pesisir Mediterania tenggara."
Untuk melakukan analisis mereka, para ilmuwan menggunakan teknik penginderaan jauh fotogrametri untuk membuat model digital dari situs Tel Dor. Dikombinasikan dengan penggalian bawah air dan pengeboran lubang bor terestrial hingga kedalaman 9 m atau sekira 29,5 kaki.
Dalam sampel mereka, para peneliti menemukan lapisan kulit kerang dan pasir yang berusia antara 9.910 dan 9.290 tahun yang lalu. Sampel ditemukan di lapisan lahan basah tengah yang diendapkan 15.000 hingga 7.800 tahun yang lalu.
Mereka memperkirakan bahwa tsunami purba memiliki ketinggian setidaknya 16 m dan menempuh jarak antara 3,5 hingga 1,5 km ke daratan dari garis pantai paleo.
Hampir tidak adanya situs arkeologi A-B Neolitikum Pra-Tembikar (11.700-9.800 tahun yang lalu) menunjukkan bahwa situs-situs ini telah dihapus oleh tsunami.
Sedangkan situs-situs Neolitikum Neolitikum Pra-Tembikar yang lebih muda (9.250-8.350 tahun yang lalu) dan kemudian situs-situs Tembikar-Neolitikum (8.250-7.800 tahun yang lalu) menunjukkan pemukiman kembali setelah peristiwa tersebut.
"Kami tidak dapat mengetahui dengan pasti mengapa orang tidak tinggal di sana, di tempat yang berlimpah dengan bukti tempat tinggal manusia purba dan awal kehidupan desa di Tanah Suci," kata Profesor Thomas Levy.
Levy adalah seorang peneliti di Departemen Antropologi dan Laboratorium Levant dan Cyber-Archaeology di Scripps Center for Marine Archaeology di University of California, San Diego.
"Apakah lingkungan terlalu berubah untuk mendukung kehidupan? Apakah tsunami merupakan bagian dari pengetahuan budaya mereka, apakah mereka menceritakan kisah tentang peristiwa yang merusak ini dan menjauh? Kami hanya bisa membayangkan."
Sementara itu, Shtienberg mengatakan, bahwa proyek mereka berfokus pada rekonstruksi iklim kuno dan perubahan lingkungan selama 12.000 tahun terakhir di sepanjang pantai Israel. "Dan kami tidak pernah bermimpi menemukan bukti tsunami prasejarah di Israel," kata Shtienberg.
Menurutnya, para ahli tahu bahwa pada awal Neolitik, sekitar 10.000 tahun yang lalu, pantai berjarak 4 km (2,5 mil) dari tempat sekarang.
"Ketika kami memotong inti terbuka di San Diego dan mulai melihat lapisan cangkang laut yang tertanam di lanskap Neolitikum yang kering, kami tahu bahwa kami mendapatkan jackpot," kata Shtienberg.
Laporan penelitian ini telah diterbitkan di jurnal PLoS ONE dengan judul "A Neolithic mega-tsunami event in the eastern Mediterranean: Prehistoric settlement vulnerability along the Carmel coast, Israel."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | PLoS One,University of California - San Diego |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR