Nationalgeographic.co.id - "Menurut pakar" dan "menurut ahli" biasa kami sampaikan sebagai saran atas isu yang berkembang, khususnya bidang sains. Pernyataan mereka punya landasan ilmiah yang masuk akal untuk diterapkan.
Tidak hanya media. Mungkin ketika Anda ingin menyatakan saran atas masalah yang dihadapi membutuhkan saran dari ahlinya. Biasanya rekan Anda adalah orang yang berpengalaman dan lebih ahli sehingga dibutuhkan sarannya.
Akan tetapi saran atau nasihat para ahli sebenarnya tidak pernah memberikan solusi yang lebih baik. Melainkan, memberikan lebih banyak pilihan untuk dijalani, dan kita sendirilah yang harus menentukan.
Setidaknya itulah yang diungkap oleh para peneliti dari Association for Psychological Science di AS. Mereka memaparkannya di jurnal Psychological Science pada 18 April silam bertajuk Tips From the Top: Do the Best Performers Really Give the Best Advice? yang berisi kesimpulan dari dua studi percobaan.
Pasalnya, para ahli punya pengalaman dan pembelajaran yang berbeda-beda. Sehingga jika ditanya masing-masing pendapat untuk suatu saran juga ikut berbeda dan tidak ada satu pun yang bisa dibilang baik. Sebab, hal yang baik bagi Anda dengan apa yang menurut pakar Anda bisa saja berbeda.
"Kinerja yang terampil dan pengajaran yang terampil tidak selalu sama, jadi jika seharusnya tidak mengharapkan orang yang punya kinerja terbaik untuk menjadi guru terbaik juga," kata David Levari, penulis utama artikel itu dalam rilis. Dia adalah peneliti Harvard Business School, Harvard University.
Levari dan tim menjelaskan, soal nasihat para ahli, masyarakat sering salah mengira antara jumlah dan kualitas. "Studi kami menunjukkan bahwa setidaknya dalam beberapa kasus, orang mungkin menilai terlalu tinggi saran dari orang yang punya kinerja terbaik," tulis mereka.
Para peneliti menjalankan dua studi. Studi pertama dilakukan dengan melibatkan lebih dari 1.100 peserta dari Amazon Mechanical Turk. Amazon Mechanical Turk adalah perusahaan yang menggunakan pekerja jarak jauh untuk di bidang yang memutuskan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh komputer.
Para peserta diminta untuk bermain gim Word Scramble (seperti acak kata) dan kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait. Ada papan huruf yang akan diberikan setiap 60 detik untuk membuat kata-kata sebanyak mungkin selama tiga putaran.
Kemudian para peneliti meminta peserta untuk memilih penasihat yang mereka sukai untuk memberikan saran lebih daik dalam menjalankan tugas. Masing-masing dari peserta punya preferensi yang kuat untuk memilih mana penasihat yang menurutnya terbaik.
"Dalam eksperimen kami, orang-orang yang diberi nasihat oleh para orang berkemampuan terbaik berpikir bahwa itu membantu mereka lebih banyak, meskipun biasanya tidak. Anehnya, mereka berpikir demikian meskipun mereka tidak tahu apa-apa tentang orang-orang yang memberikan nasihat mereka," ujar Levari.
Pada percobaan kedua, para peneliti mencari tahu bisakah orang yang punya kinerja terbaik memberikan saran terbaik. Ada 100 'penasihat' dan diminta oleh para peneliti untuk memainkan enam putaran gim yang sama.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR