Levari dan tim kemudian merekrut 2.085 peserta percobaan lain dalam studi kedua. Para peserta dibagi secara acak untuk bermain gim yang sama dalam kondisi saran atau tanpa saran. Mereka yang punya penasihat, bermain satu babak dengan arahan dan melanjutkan lima ronde lainnya. Sedangkan peserta tanpa saran, bermain sampai akhir tanpa saran sama sekali.
Sementara, penasihat bermain lagi. Hasil mereka lebih baik dengan setiap putaran berikutnya. Akan tetapi, saran dari mereka saat diberikan pemain lain, ternyata rata-rata tidak terlalu membantu.
Mengapa saran dari orang yang bisa bermain lebih baik bisa dinilai lebih baik? Para peneliti menjelaskan bahwa pemberi saran punya sifat bermanfaat yang menonjol, yakni memberikan jumlah saran daripada kemanjuran.
"Pelaku terbaik tidak memberikan saran yang lebih bermanfaat, tetapi mereka memberikan lebih banyak dan orang-orang dlaam eksperimen kami salah mengira soal jumlah (saran) sebagai kualitas," terang Levari.
Baca Juga: Nasihat Einstein untuk Marie Curie pada 1911 Sangat Relevan untuk Kini
Baca Juga: Fenomena Sejagat: Temu Daring Kerap Melelahkan. Apa Saran Peneliti?
Baca Juga: Cara Ahli Mengetahui Keberadaan Kapal Karam, Siapa Pemiliknya?
Baca Juga: Ahli Biologi dan Psikologi Berselisih Pendapat, Mana yang Lebih Cerdas: Kucing atau Anjing?
Hal yang terjadi sering terjadi pada dunia nyata. Misalnya, ada banyak saran untuk bidang sosial, terutama tentang politik diberikan para ahli. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang sebenarnya paling baik, bahkan terkadang tumpang tindih.
"Kita menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mencari nasihat yang baik, baik dari rekan kerja dan pelatih, guru dan tutor, atau teman dan keluarga," kata Levari. "Lain kali Anda mendapatkan saran, Anda mungkin tidak terlalu memikirkan berapa banyak yang ada, dan lebih banyak lagi tentang berapa banyak yang benar-benar dapat Anda gunakan."
Pada makalah ini, para peneliti menyimpulkan mengapa saran sering tidak memberikan manfaat. Pertama, pemain yang terampil mungkin mengabaikan nasihat mendasar karena ingin menunjukkan dirinya yang paham dalam menghadapi masalah. Kedua, mungkin pemain terhebat gagal dalam berkomunikasi untuk memberikan saran.
"Bahkan, ketika seorang pemain hebat memang memiliki informasi eksplisit untuk dibagikan, mereka mungkin tidak mahir memberikannya," tulis ia dan tim.
Simak kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan di majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR