Namun, Farmer mencatat bahwa penelitian saat ini bersifat korelasional, dan peningkatan penggunaan ganja itu sendiri kemungkinan bukan satu-satunya penyebab peningkatan yang terlihat.
"Studi yang mencari hubungan sebab akibat langsung antara penggunaan ganja dan risiko kecelakaan tidak meyakinkan," katanya.
"Tidak seperti alkohol, tidak ada ukuran objektif yang baik tentang seberapa terganggunya pengguna ganja. Sampai kami dapat mengukur kerusakan ganja secara akurat, kami tidak akan dapat menghubungkannya dengan risiko kecelakaan."
Untuk melakukan penelitian mereka, para peneliti mengumpulkan data tentang kecelakaan lalu lintas dan volume lalu lintas pada tahun 2009 hingga 2019. Data tersebut dari 11 negara bagian dan dari Administrasi Jalan Raya Federal.
Lima negara bagian, yakni Colorado, Washington, Oregon, California dan Nevada telah melegalkan ganja rekreasi selama masa studi. Sebuah kelompok pembanding dari enam negara bagian, yakni Arizona, Idaho, Montana, New Mexico, Utah dan Wyoming) tidak melegalkan ganja.
Para penulis secara statistik menyesuaikan faktor-faktor yang diketahui berkontribusi terhadap kecelakaan dan kematian, termasuk penggunaan sabuk pengaman dan tingkat pengangguran.
Perubahan tingkat kecelakaan cedera bervariasi menurut negara bagian. Colorado memiliki lompatan terbesar, yakni +17,8 persen dan California terkecil, yakni +5,7 persen setelah legalisasi dan dimulainya penjualan eceran.
Baca Juga: Ganja, Tembakau, Alkohol, dan Studi Mengejutkan Anak Praremaja di AS
Baca Juga: Mengulik Bagaimana Masyarakat di Dunia Kuno Memanfaatkan Ganja
Baca Juga: Catatan Polimatik Arab Mengungkap Awal Mula Munculnya Tanaman Ganja
Source | : | Journal of Studies on Alcohol and Drugs |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR