Apakah peristiwa ini benar-benar terjadi? Banyak orang kelas atas pada waktu itu berkomentar tentang peristiwa biadab ini dan perlakuan kejam terhadap budak. Tampaknya skandal itu menimbulkan pertanyaan penting tentang moralitas dan etika, menyebabkan banyak orang menyinggung masalah pelecehan budak.
Catatan sejarah tentang kekejaman Pollio
Cicero menyebut Pollio dalam salah satu suratnya. Ia menulis bahwa belum pernah melihat orang yang lebih bejat (numquam vidi hominem nequiorem). Cicero bahkan menyebut Vedius Pollio sebagai penjahat hebat (magnus nebulo).
Dalam dekade berikutnya, keburukan Vedius Pollio sering disebutkan oleh beberapa sejarawan paling terkenal di Roma. Cassius Dio, dalam salah satu dari banyak karyanya, menulis:
Baca Juga: Fungsi Pemandian Umum Romawi, Tidak Semata-mata untuk Kebersihan
Baca Juga: Tebarkan Teror, Ahli Pedang Yahudi 'Sicarii' Membunuh Pendukung Romawi
Baca Juga: Jadi Orang Paling Berkuasa, Bagaimana Kaisar Romawi Bersenang-senang?
Baca Juga: Orang Romawi Menikmati Pertandingan Gladiator sambil Menyantap Camilan
“Pada tahun yang sama Vedius Pollio meninggal. Ia adalah pria yang tidak melakukan apa pun yang pantas untuk dikenang. Ia lahir dari orang-orang yang dibebaskan, berpangkat ksatria (equites), dan tidak melakukan perbuatan cemerlang. Tetapi dia menjadi sangat terkenal karena kekayaan dan kekejamannya sehingga mendapat tempat dalam sejarah.
Sebagian besar hal yang dia lakukan akan melelahkan untuk diceritakan. Ia memelihara lamprey besar di kolam yang telah dilatih untuk memakan manusia. Pria ini terbiasa melemparkan budak-budaknya agar mati sesuai keinginannya."
Dari tulisan ini timbul kesalahpahaman bahwa Pollio memelihara lamprey bukan belut moray. Ini kemungkinan besar adalah kesalahan, karena kedua makhluk itu agak mirip dalam penampilan. Tapi lamprey adalah jenis ikan parasit, dan mungkin tidak mampu melahap manusia. Belut moray di sisi lain adalah pemangsa dan karnivora. Hewan ini dapat melahap seseorang ketika dalam kelompok, seperti halnya piranha.
Tidak diketahui mengapa Pollio bertindak sekejam itu kepada para budaknya. Namun ironisnya, kekejamannya-lah yang diingat-ingat oleh sejarah, bukan prestasinya.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR