Pertinax, yang merupakan senator senior Roma, dilantik lebih dulu menjadi kaisar. Namun Garda Praetoria kehilangan simpati pada kaisar baru itu. Pasalnya, Pertinax menolak untuk membayar mereka supaya memberikan dukungan pada kaisar. Garda Praetoria yang seharusnya bertugas melindungi kaisar dengan segera membunuh Pertinax. Itu terjadi tiga bulan setelah mereka memproklamirkannya sebagai kaisar.
Didius Julianus adalah yang berikutnya di atas takhta. Dia pernah menjabat sebagai gubernur beberapa provinsi dan sangat kaya. Menurut sejarawan Romawi Cassius Dio, Garda Praetoria mengumumkan akan menjual tahta kepada yang membayar dengan harga tertinggi.
Julianus memenangkan perang penawaran berikutnya dengan menawarkan 25.000 sesterce untuk setiap prajurit Praetoria. Jumlah ini setara dari gaji beberapa tahun. Setelah menerima tawarannya, Garda Praetoria mengancam senat Romawi sampai mereka memproklamirkan Julianus sebagai kaisar.
Tapi dia tidak menikmati tahta untuk waktu yang lama. Orang-orang Romawi, yang tahu bahwa dia telah membeli jabatan kaisar, secara terbuka menentang kaisar baru. Bahkan pada satu kesempatan, masyarakat melemparinya dengan batu.
Akhirnya, tiga jenderal yang berbeda di provinsi Romawi masing-masing menyatakan diri sebagai kaisar. Mereka bergegas menuju Roma dengan pasukan untuk mengisi takhta. Julianus dan Garda Praetoria melawan salah satu jenderal, Septimius Severus. Mereka mencoba merundingkan kesepakatan pembagian kekuasaan dengannya. Namun akhirnya Garda Praetoria dan senat meninggalkan Julianus. Mereka menyatakan Kaisar Severus dan memerintahkan Julianus untuk dieksekusi, hanya 66 hari setelah dia naik takhta.
Kenaikan pangkat
Beberapa kaisar Romawi awalnya melakukan pekerjaan pemerintahan yang sederhana. Namun berhasil naik melalui jajaran tentara Romawi untuk menjadi perwira dan kemudian komandan.
Pertinax, misalnya, adalah putra seorang budak yang dibebaskan, meskipun ia hanya bertahan beberapa bulan sebagai kaisar. Contoh yang paling terkenal lainnya adalah Diocletian. Ia lahir di tengah keluarga berstatus rendah di Dalmatia. Rekan-kaisarnya Maximianus, putra seorang penjaga toko Pannonia, yang memerintah sampai tahun 305 Masehi.
Diocletian dan Maximianus bertemu saat memperjuangkan karier tentara Romawi. Keduanya merupakan kombinasi yang mematikan, Diocletian memiliki otak politik sementara Maximianus memiliki kekuatan militer.
Maximianus pertama-tama mendukung Diokletianus ke takhta kekaisaran dan kemudian diangkat menjadi pemimpin bersama beberapa tahun kemudian.
Sejarawan William Broadhead di Massachusetts Institute of Technology mengungkapkan bahwa Kekaisaran Romawi adalah otokrasi militer. "Legitasi kaisar didasarkan pada komandonya atas Garda Praetoria yang sangat kuat di Roma. Juga atas mayoritas legiun yang ditempatkan di provinsi-provinsi," katanya. Kedua institusi militer itu segera mengetahui bahwa mereka dapat memainkan peran sebagai “penghasil” kaisar.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR