Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Penyakit Patogen Manusia Kian Bertambah Parah
Baca Juga: 109 Hewan Hidup Ditemukan dalam Bagasi Nithya dan Zakia Menuju India
Baca Juga: Menjaga Keanekaragaman dan Kebutuhan Lewat Nilai Konservasi Tinggi
Selain itu, mereka mengidentifikasi ayam salju Tibet, yang ditemukan di Taman Nasional Sagarmatha. Mereka terkejut menemukan spesies seperti anjing dan ayam domestik, yang mewakili bagaimana aktivitas manusia memengaruhi lanskap.
Mereka juga mengidentifikasi pohon pinus, yang hanya ditemukan jauh di bawah bukit dari tempat mereka mengambil sampel. Itu menunjukkan bagaimana serbuk sari yang tertiup angin dapat naik ke daerah aliran sungai ini.
Organisme lain yang mereka identifikasi dari beberapa lokasi adalah lalat capung, yang dikenal sebagai spesies indikator perubahan lingkungan.
Inventarisasi eDNA akan membantu pemantauan hayati pegunungan tinggi Himalaya dan studi molekuler retrospektif di masa depan. Sehingga dapat menilai perubahan dari waktu ke waktu karena pemanasan yang dipicu oleh iklim, pencairan glasial, dan pengaruh yang disebabkan manusia pada ekosistem terkenal di dunia yang berubah dengan cepat ini.
Tracie Seimon salah seorang pemimpin tim lapangan mengatakan, bahwa lingkungan pegunungan tinggi dan aeolian sering dianggap tandus dan sebagian besar tanpa kehidupan. Padahal sebenarnya memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah.
Seimon adalah peneliti dari Program Kesehatan Zoologi WCS, salah satu pemimpin tim lapangan biologi Everest dan pemimpin penelitian.
"Lingkungan pegunungan tinggi termasuk Gunung Everest harus diakui sebagai target pemantauan keanekaragaman hayati jangka panjang yang berkelanjutan dari taksa alpin tinggi untuk melengkapi pemantauan bioklimatik dan penilaian dampak perubahan iklim," kata Seimon.
Karya ini juga merupakan bagian dari National Geographic and Rolex Perpetual Planet Everest Expedition tahun 2019.
Marisa Lim dari Wildlife Conservation Society, mengatakan: "Kami pergi mencari kehidupan di atap dunia. Inilah yang kami temukan," katanya.
"Namun, ceritanya tidak berakhir di sini. Ada lebih banyak yang bisa ditemukan dan kami berharap kami temuan membantu untuk menginformasikan eksplorasi masa depan."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | IScience,Wildlife Conservation Society |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR