Baca Juga: Pembentukan Cagar Alam Semasa Hindia Belanda oleh S.H. Koorders
Baca Juga: Orang Belanda dalam Perburuan Hewan Buas di Belantara Priangan
Baca Juga: 170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam
Sebagai wilayah berburu, di Cikepuh dibangun pondok khusus untuk berburu. Setiap perburuan diawasi oleh anggota venatoria yang tugasnya menjadi jachtopziener atau pengawas perburuan.
Menurut Gustaman, venatoria sejatinya tidak hanya membunuh satwa liar untuk kesenangan semata, tetapi juga memperhatikan unsur-unsur kelestariannya.
Perkumpulan ini telah meletakkan dasar-dasar konservasi satwa liar, di mana mereka telah mengubah hutan di Priangan Selatan menjadi hutan lindung. Pendirian venatoria ini memang menjadi cikal bakal gagasan konservasi satwa liar, khususnya di wilayah Priangan.
Berdasarkan jurnal Peter Boomgaard berjudul "Oriental Nature, its Friends and its Enemies: Conservation of Nature in Late-Colonial Indonesia, 1889-1949" (1999), di wilayah ini, venatoria berperan dalam melestarikan banteng (Bos Sondaicus).
"Jumlah banteng di wilayah ini terus meningkat dari 150 pada tahun 1899, menjadi 700 di tahun 1906," tegas Boomgard dalam tulisannya. Selain itu, venatoria pun mencurahkan perhatiannya pada pengawasan kawasan hutan di Ujung Kulon.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Jurnal Patanjala |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR