Sebanyak 48 persen peserta lebih mempercayai pesan kesehatan netral yang benar daripada yang palsu. Namun, 41 persen peserta menganggap pesan netral palsu dan benar sama-sama dapat dipercaya dan 11 persen menganggap pesan kesehatan netral yang benar kurang dapat dipercaya daripada pesan kesehatan palsu.
"Menempatkan kepercayaan pada pesan membutuhkan identifikasi konten palsu versus konten yang benar," kata Masaryk.
Dalam hal pesan kesehatan yang tampak masuk akal, remaja tidak dapat membedakan antara pesan kesehatan yang benar-benar netral dan pesan kesehatan dengan unsur editorial. Remaja tampaknya tidak memutuskan kepercayaan pesan berdasarkan isyarat pengeditan.
"Satu-satunya versi pesan kesehatan yang secara signifikan kurang dipercaya dibandingkan dengan pesan kesehatan yang sebenarnya adalah pesan dengan judul clickbait," lanjut Masaryk.
Penulis menyarankan untuk fokus pada literasi kesehatan dan pelatihan literasi media, dan keterampilan seperti pemikiran analitis dan penalaran ilmiah.
"Pemikiran analitis dan penalaran ilmiah adalah keterampilan yang membantu membedakan pesan kesehatan yang salah dari yang sebenarnya," Masaryk menyimpulkan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Frontiers in Psychology,Eurekalert |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR