Nationalgeographic.co.id—Empedokles dari Akragas adalah seorang filsuf Yunani pra-Socrates yang hidup pada abad ke-5 Sebelum Masehi. Ingin membuktikan diri bahwa dirinya sekuat dewa, Empedokles melompat ke kawah Gunung Etna. Orang Yunani kuno percaya bahwa dewa-dewi Yunani menghuni gunung berapi itu. Apakah usahanya berhasil?
Rumah para dewa
Gunung Etna telah ada selama lebih dari dua setengah juta tahun. Dalam rentang waktu yang panjang, gunung berapi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari beberapa mitos dan legenda Yunani.
Etna dikatakan sebagai rumah Typhoon, monster raksasa berkepala seratus, dan menyemburkan napas api. Karena Zeus, Typhoon terperangkap di bawah Gunung Etna. “Ia menghabiskan waktu menciptakan letusan gunung berapi untuk melarikan diri,” tutur Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins.
Gunung Etna juga merupakan rumah Hephaestus, dewa pengolahan logam Yunani. Oleh orang Romawi, ia dikenal sebagai Vulcan. Hephaestus memiliki bengkel pengerjaan logamnya. Di sinilah ia membuat senjata untuk para dewa Olimpus.
Kematian Empedokles, kisah yang tidak biasa tentang gunung Etna
Di luar alam mitologi, kematian filsuf Yunani Empedokles menjadi salah satu kisah yang tidak biasa tentang Gunung Etna.
Dalam beberapa versi cerita, misalnya karya Diogrenes Laertius, Empedokles menjadi yakin akan statusnya yang seperti dewa. Pasalnya, ia berhasil menyembuhkan seorang wanita bernama Panthea, yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter lain. Karena itulah dia menganggap dirinya sebagai seorang dewa.
Untuk membuktikan dirinya seperkasa dewa Olimpus, dia melompat ke kawah gunung berapi Etna dan tidak pernah terlihat lagi.
Gunung berapi sebagai situs pengurbanan
Gunung berapi juga digunakan sebagai situs pengorbanan oleh orang-orang kuno. Percaya bahwa para dewa mendiami gunung berapi, mereka berusaha menenangkan para dewa selama berabad-abad.
Salah satu contohnya adalah gunung berapi Llullaillaco di Argentina, di mana para arkeolog telah menemukan sisa-sisa tiga anak kecil. Pada tahun 1500-an, mereka dibius sebagai bagian dari ritual selama setahun. Ini persiapan untuk dijadikan kurban. Sisa-sisa mumi ditemukan dalam kondisi yang sangat baik pada tahun 1999 di dekat puncak Llullaillaco. Para ahli telah berhipotesis bahwa mereka dikurbankan untuk mencegah letusan gunung berapi lebih lanjut.
Hal yang sama juga dapat kita temukan di Indonesia. Upacara Yadnya Kasada merupakan upacara adat dengan melarung persembahan ke kawah Gunung Bromo oleh masyarakat Suku Tengger. Upacara ini merupakan bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Melompat ke kawah gunung berapi versi budaya lain
Di Jepang modern, ide bunuh diri dengan melompat ke gunung berapi dipopulerkan oleh Kiyoko Matsumoto. Menghadapi tekanan masyarakat terhadap minat cinta sesama jenis pada tahun 1933, ia memutuskan untuk lompat ke kawah gunung berapi.
Tindakannya itu kemudian menginspirasi ratusan orang yang berniat bunuh diri. Para pelaku bunuh diri yang sudah tidak tahan akan melompat dari “Titik Bunuh Diri” di Gunung Mihara di Pulau Oshima.
Sama seperti Hutan Bunuh Diri Aokigahara, lokasi populer untuk bunuh diri, gunung berapi ini menjadi titik panas bunuh diri. “Maraknya kasus bunuh diri di daerah itu membuat pihak berwenang mulai mempersulit akses,” tambah Bogaard.
Orang bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Gunung Etna yang kuat dengan menerima tubuh Empedokles yang sombong. Apakah ini menenangkan sifat eksplosif gunung itu? Atau alih-alih menjadi tenang, tindakan Empedokles malah membuat Etna memuntahkan lava mendidih karena murka.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR