Nationalgeographic.co.id—Gummatapura adalah sebuah desa kecil yang terletak di perbatasan Karnataka-Tamil Nadu, India. Di desa ini lah, dikenal dengan festival Gorehabba, yang dirayakan sehari setelah Balipadyami. Ini merupakan bagian dari perayaan Deepvali, Diwali atau Dīpāvali.
Dalam agama Hindu, Diwali memiliki arti Festival Cahaya. Festival ini melambangkan kemenangan baik atas keburukan, dan lampu atau pelita dinyalakan sebagai tanda perayaan serta harapan umat manusia. Perayaan ini terfokus pada lampu dan cahaya, terutama pada lampu 'diya' tradisional
Festival Gorehabba dirayakan dengan saling menyiramkan kotoran sapi. Sebelum penduduk desa mulai bermain dengan kotoran sapi, ada beberapa ritual menarik yang diikuti.
Mulai pagi hari, pria, wanita dan anak-anak mulai mengumpulkan kotoran sapi dari seluruh desa dan membuangnya di tempat yang telah ditentukan, di belakang kuil Beerappa. Kemudian, anak-anak setengah telanjang berkeliling desa mengumpulkan minyak dan mentega untuk mempersembahkan pooja di kuil. Setelah minyak dan mentega yang dibutuhkan dikumpulkan, mereka menawarkan pooja di kuil Karappa yang berjarak sekitar satu km dari kuil Beerappa. Setelah pooja selesai, penduduk desa kembali dalam prosesi.
Dalam perjalanan kembali, satu orang ditunjuk sebagai Chadikora (menyelinap). Dia kemudian ditumbuhi kumis dan janggut yang terbuat dari rumput, didudukkan di atas keledai dan dibawa ke kuil dalam prosesi.
Setelah mencapai kuil, kumis dan janggut Chadikora dicabut dan dikubur di lubang tempat tumpukan kotoran disimpan. Pooja ditawarkan ke tumpukan kotoran sapi dan kemudian mulai bersenang-senang. Segera setelah pooja dipersembahkan, segenggam kotoran sapi disiramkan ke pendeta yang merupakan sinyal hijau untuk yang lain. Setiap orang di desa didorong ke dalam lubang dan diolesi dengan kotoran sapi. Ribuan orang dari desa-desa terdekat berkumpul untuk menonton pertandingan.
Kemudian, patung Chadikora dibuat dan dibawa ke Kondigekara Gudda (bukit di dekatnya) untuk dibakar. Seekor ayam juga ikut dibakar bersama dengan patung itu. Penduduk desa membersihkan diri di danau, kembali ke desa dan menyalahgunakan Chadikora.
Gerombolan penduduk desa India saling melempar kotoran sapi dalam perkelahian jalanan yang aneh untuk membawa kemakmuran dan hujan. Dipercaya juga bahwa berpartisipasi dalam permainan memercikkan kotoran sapi menyembuhkan orang dari segala jenis penyakit, yang merupakan salah satu alasan untuk menjaga tradisi itu tetap hidup, bahkan setelah ratusan tahun.
Dalam agama Hindu, sapi adalah simbol suci kehidupan dan bumi, dan selama berabad-abad umat Hindu telah menggunakan kotoran sapi untuk ritual doa. Perdana Menteri Narendra Modi telah mendorong perlindungan yang lebih besar terhadap hewan, dan banyak negara bagian telah lama melarang penyembelihan mereka untuk daging.
Festival ini nampak mirip dengan La Tomatina asal Spanyol, yakni perayaan melemparkan tomat dari buah lokal. Namun bedanya penduduk desa Gumatapura memilih kotoran sapi.
Source | : | NDTV |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR