Nationalgeographic.co.id - Bangsa Mesir kuno menggunakan riasan mata sejak 4000 Sebelum Masehi. Tidak terbatas pada wanita saja, riasan mata juga harus digunakan setiap hari oleh para pria Mesir kuno. Lukisan dinding yang ditemukan di kuil Mesir kuno menggambarkan kehidupan sehari-hari. Salah satunya menggambarkan pria yang mengenakan riasan mata. Bahkan, hampir tidak mungkin menemukan potret orang Mesir kuno yang matanya tidak dihias. Mengapa pria Mesir kuno menggunakan riasan mata? Ada beberapa alasan di baliknya.
Peralatan rias mata (palet, penggiling, dan aplikator) ditemukan di antara pemakaman paling awal dari periode pra-dinasti. Ini menunjukkan bahwa perlengkapan itu menjadi barang penting untuk kehidupan setelah kematian.
Orang Mesir kuno menggunakan berbagai kosmetik seperti riasan mata, pemerah pipi, dan minyak wangi yang melembutkan kulit. Selain itu, sebagian kosmetik juga mencegah terbakar di bawah sinar matahari dan kerusakan dari angin berpasir. Bubuk galena memiliki sifat disinfektan dan pencegah lalat.
Riasan mata tidak sekadar mempercantik diri saja
Meskipun kosmetik digunakan untuk tujuan kecantikan, di Mesir kuno, riasan mata lebih dari sekadar mempercantik diri.
Riasan mata yang digunakan dipercaya dapat memberikan perlindungan mata dari sinar matahari. “Riasan juga dapat mengusir lalat dan menangkal infeksi,” tulis Conny Waters di Ancient Pages.
Selain alasan praktis, ada juga alasan ritual di baliknya. Riasan membantu meniru penampilan para dewa. Warna riasan mata favorit adalah hitam dan hijau dan menggariskan mata dengan pigmen sengaja dilakukan untuk menciptakan bentuk almond atau kucing.
Riasan mata juga memberikan perlindungan psikis. Kata Mesir untuk palet mata tampaknya berasal dari kata mereka untuk "melindungi."
Mata tanpa hiasan dipercaya rentan terhadap “Mata Jahat” dan tidak terlindungi. Menghias mata bisa menjadi jimat pelindung pribadi yang digambar tepat di atas kulit.
Pentingnya kosmetik bagi pria dan wanita di Mesir kuno
Orang Mesir kuno memiliki beberapa prestasi dalam bidang kimia dan tata rias. Mereka menciptakan krim, parfum, dan pewarna wajah.
Bangsa Mesir pun menciptakan teknik kecantikan serta sabun khusus untuk memandikan mayat sebagai bagian dari mumifikasi.
Penggunaan kosmetik sangat penting di Mesir kuno dan riasan digunakan oleh pria dan wanita.
Baca Juga: Kala Mesir Dipimpin Ptolemy XIII, Firaun Cilik Berumur 12 Tahun
Baca Juga: Thanaka, Kosmetik Alami Andalan Orang-Orang Myanmar
Baca Juga: Bir Mesir Seperti Bubur Digunakan Untuk Ritual Sejak 5.800 Tahun Lalu
4.000 tahun yang lalu, orang Mesir menggunakan semacam pasta gigi atau pemutih yang terbuat dari batu apung. Pemutih khusus ini ditambahkan ke sabun, scrub, dan resep kosmetik alami lainnya untuk membuat kulit mati terkelupas. Fungsinya sama dengan masker yang digunakan di zaman modern.
Kosmetik adalah suci bagi orang Mesir kuno. “Ini digunakan tidak hanya untuk tujuan estetika tetapi juga untuk tujuan magis dan religius,” tambah Waters.
Penggunaan kosmetik sedikit berbeda antara kelas sosial. Kelas yang lebih tinggi dan individu yang lebih kaya mampu membeli lebih banyak riasan.
Di Mesir Kuno, citra individu sering berperan sebagai pengganti tubuh di akhirat. Oleh karena itu, dalam lukisan permakaman, baik laki-laki maupun perempuan ditampilkan dalam pakaian, wig, dan riasan terbaik mereka.
Orang Mesir kuno sering mencukur rambut mereka karena kutu. Maka penggunaan wig pun lazim ditemukan di masa itu. Wig terbuat dari rambut manusia asli yang dihiasi dengan bunga dan kepang.
Alat rias dan aksesori juga sangat penting. Minyak berharga disimpan dalam toples kosmetik yang terbuat dari kaca, keramik, dan batu. Cermin itu terbuat dari perunggu dan sering diukir dalam bentuk dewi Mesir.
Kosmetik memiliki resonansi religius. Orang Mesir kuno menganggap keindahan sebagai tanda kesucian. Di tempat suci kuil, dewa diurapi dengan riasan dan ritual ini dilakukan setiap hari.
Jadi, jangan heran jika Anda melihat lukisan pria Mesir mengenakan riasan mata. Selain mempercantik diri, merias wajah juga menjadi bentuk penghormatan kepada dewa.
Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR