Baca Juga: Cerita Kuli Perkebunan di Balik Kubah Lonceng Megah AVROS Medan
Baca Juga: Menelusuri Permulaan dan Pergeseran Makna dari Istilah Jongos
Baca Juga: Kisah Tak Terperi Para Kuli Hindia Belanda
"Hal ini menimbulkan masalah, karena anak-anak Eropa akan sulit untuk menggunakan idiom bahasa Belanda secara baik," ungkapnya. Para tuan Eropa khawatir, anak-anaknya akan lebih menguasai bahasa lokal ketimbang bahasa Belanda.
Anak-anak keluarga Eropa seringkali menganggap pengasuhnya sebagai ibu kedua, karena pemberian kasih sayang yang lebih dibandingkan ibu kandung, serta frekuensi intensitas dalam interaksi dengan anak-anak lebih banyak terjadi.
Sinyo dan noni juga tidak selalu bersikap baik. Mereka sering berbuat nakal dan meresahkan orang tua mereka, layaknya anak-anak pada umumnya. Ketika terkena marah, baboe jadi tempat berlindung sinyo dan noni.
Baboe seringkali harus menghadapi tingkah sinyo yang nakal dan tidak kena aturan. Walaupun banyak diperlakukan kasar oleh anak-anak keluarga elit Eropa, baboe tetap sabar dalam mengasuh anak-anak majikannya.
Menariknya lagi, "di sisi lain baboe terkadang menyayangi anak majikan mereka (sinyo dan noni) melebihi anak mereka sendiri," pungkasnya.
Source | : | jurnal Jantra |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR