Baca Juga: Kota Kuno Busra asy-Syam, Saksi Kejayaan Tiga Peradaban Besar Dunia
Terlepas dari pergolakan awal abad pertengahan, Kekaisaran Bizantium masih mempertahankan birokrasi yang luas dan mekanisme kekaisaran yang kuat. Ini memungkinkan untuk memiliki tentara tetap dan pengumpulan pajak yang efektif.
Karena begitu besar, Bizantium juga menciptakan sejumlah besar permintaan ekonomi. Ini berarti kekuatan pasar tidak banyak berpengaruh pada ekonomi Bizantium. Tentara dan birokrat dibayar dengan koin emas, yang kemudian digunakan untuk membeli barang. Kekaisaran memastikan koin didaur ulang secara efektif melalui ekonomi dan berakhir kembali di tangan kekaisaran melalui pajak.
Kehancuran ekonomi Kekaisaran Bizantium
Ketika terjadi serangan suku barbar di perbatasan Kekaisaran Romawi Barat, Bizantium tidak terlalu terpengaruh. Pusat-pusat kota di timur tumbuh, dan pendapatan kekaisaran tetap tinggi secara konsisten. Ini memungkinkan kaisar untuk melakukan ekspansi dan melakukan proyek pembangunan, misalnya Hagia Sophia yang tersohor itu.
Abad ke-6 dan ke-7 adalah bencana bagi ekonomi Bizantium. Wabah menghancurkan sebagian besar kekaisaran dan mengurangi populasi. Perang dengan Persia juga turut menguras kas kekaisaran, belum lagi wilayah yang ditaklukkan oleh penjajah asing. Pendapatan pun jadi turun drastis.
Namun meski mengalami penurunan, perekonomian Kekaisaran Bizantium pun akhirnya membaik. Dari abad ke-10 sampai abad ke-12, Bizantium menikmati kemakmuran ekonomi yang cukup besar. Kekayaan ini memungkinkan kekaisaran Bizantium dan kaisarnya memproyeksikan citra kekuatan mereka di luar negeri.
Pengunjung Konstantinopel, seperti diplomat Italia Liutprand dari Cremona, terkesan dengan istana kekaisaran yang mewah dan kekayaan luar biasa. Namun, keberhasilan ekonomi ini tidak berlangsung lama. Abad ke-13 menjadi bencana sekaligus awal kejatuhan Kekaisaran yang pernah menjadi pusat kekuatan ekonomi itu. Beberapa faktor berkontribusi pada penurunan terminal ekonomi Bizantium, yang terbesar di antaranya tidak diragukan lagi adalah Perang Salib Keempat.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR