Nationalgeographic.co.id - Kekaisaran Romawi Timur atau yang dikenal dengan Bizantium memiliki perekonomian yang kuat di masanya. Apa rahasianya? Kekaisaran ini memiliki sistem pajak yang maju dan hubungan perdagangan yang menjangkau seluruh Eurasia jadi faktor penting. Semua itu membuat ekonomi Bizantium mempertahankan posisi penting hingga abad pertengahan, memproyeksikan citra kekayaan dan prestise yang besar.
Namun, Perang Salib Keempat pada 1204 terbukti menjadi malapetaka, menjerumuskan Bizantium ke dalam kemerosotan ekonomi. Sejak itu, Kekaisaran Romawi Timur itu tidak pernah pulih dari kehancuran ekonomi. Menjelang penaklukan Utsmaniyah atas Konstantinopel pada tahun 1453, Kekaisaran Bizantium yang dulu besar secara efektif miskin, cangkang yang menyedihkan dari kejayaannya sebelumnya.
Pertanian Bizantium
Kekuatan ekonomi awal Kekaisaran Bizantium sebagian besar didasarkan pada tanah. Anatolia, Levant, dan Mesir adalah daerah pertanian yang berkembang dengan baik. Ketiganya menghasilkan sejumlah besar pendapatan pajak bagi kekaisaran. “Sejarawan memperkirakan bahwa Mesir sendiri mungkin memberikan kontribusi hingga 30% dari penerimaan pajak tahunan,” tulis Jack Crawford di laman The Collector.
Iklim di seluruh wilayah kekaisaran juga sangat baik untuk berbagai jenis kegiatan pertanian. Di daerah pesisir tanaman sereal, anggur, dan zaitun diproduksi dalam jumlah besar. Sedangkan daerah pedalaman dimanfaatkan untuk memelihara berbagai jenis ternak.
Produksi pertanian berbasis di sekitar desa. Desa-desa ditempati oleh berbagai penduduk, banyak dari mereka adalah petani pemilik tanah yang memiliki tanah mereka. Mereka membayar pajak langsung ke kekaisaran. Lambat laun, sistem ini digantikan oleh jaringan perkebunan besar yang dikerjakan oleh campuran budak, buruh upahan, dan petani penyewa.
Perdagangan
Selain pertanian, perdagangan merupakan elemen penting dari ekonomi Bizantium. Konstantinopel berada di sepanjang rute perdagangan timur-barat dan utara-selatan. Berkat posisinya yang strategis, Kekaisaran Romawi Timur mengenakan pajak impor dan ekspor pada tingkat 10%. Gandum adalah impor utama, terutama setelah penaklukan Arab di Mesir dan Levant berarti kekaisaran kehilangan sumber utama gandum.
Sutra juga merupakan impor Bizantium yang penting, karena sangat penting bagi kekaisaran untuk tujuan diplomatik dan bergengsi. Namun, setelah ulat sutra diselundupkan ke kekaisaran dari Tiongkok, Bizantium mengembangkan industri sutra mereka sendiri dan tidak lagi bergantung pada pasokan asing.
Baca Juga: Akhir sebuah Era: Ketika Peradaban Romawi Benar-benar Berakhir
Baca Juga: Pertama Kalinya Kamp Perang Tentara Salib Ditemukan di Tanah Suci
Berbagai komoditas lain juga diperdagangkan, baik di dalam kekaisaran, maupun secara internasional di luar perbatasannya. Minyak, anggur, garam, ikan, daging, dan makanan lainnya semuanya diperdagangkan. “Begitu pula bahan-bahan seperti kayu dan lilin,” tulis Crawford. Barang-barang manufaktur seperti keramik, linen dan kain juga dipertukarkan, serta barang-barang mewah seperti rempah-rempah, sutra dan parfum.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR