Baca Juga: Melawak tentang Politik di Zaman Romawi, Bisa-bisa Nyawa Melayang!
Baca Juga: Penemuan Kalung Budak Romawi 'Pegang Aku Atau Aku Akan Lari!'
Untuk memahami karakter budak dalam komedi Romawi kuno, kita harus melihat tujuh karakter dalam komedi. Karakter stereotipe dalam komedi Romawi adalah: pemuda (adulescens), figur ayah (senex), pedagang budak (leno), prajurit (miles gloriosus), parasit (parasitus), seorang ibu atau istri (matrona), dan wanita muda yang belum menikah (virgo).
Dalam prolog drama Eunuchus, Terence menampilkan budak yang menggosok bahu dengan ibu yang baik, pelacur yang buruk, parasit serakah, dan prajurit yang sombong. Dalam drama, orang tua sering ditipu oleh budak. Sedangkan karakter pemuda yang layak dinikahi ditampilkan oleh karakter budak yang melindungi dari konflik dan menuntunnya melewati tantangan.
Budak dalam karya Plautus
Plautus adalah penulis yang menggerakkan karakter budak ke depan aksi. Saat ini, sekitar dua puluh karyanya masih bertahan. Sebagian menampilkan karakter budak yang pintar.
Beberapa karya komedi Romawi yang paling terkenal termasuk Mercator, Miles Gloriosus, Aulularia, Casina, dan Truculentus karya Plautus. Karakter budak laki-laki lebih menonjol daripada perempuan dalam dramanya. Namun ada tiga budak perempuan yang memiliki peran penting dalam drama Miles Gloriosus, Casina, dan Truculentus.
The Merchant or Mercator adalah komedi Plautus berdasarkan drama Yunani dengan judul yang sama, yang ditulis oleh penyair Athena Filemon. Diyakini ditulis sekitar 206 Sebelum Masehi dan narasi ceritanya berkisar pada konflik antara seorang putra dan seorang ayah yang keduanya pedagang. Pemuda itu jatuh cinta dengan seorang budak perempuan bernama Pasicompsa. Di saat yang bersamaan, sang ayahnya juga tertarik pada budak itu. Kisah ini penuh dengan liku-liku dan melibatkan tiga budak.
Budak Romawi di depan dan di belakang panggung
Selain menjadi pemain, individu yang diperbudak mengambil bagian dalam aspek lain dari teater. Beberapa pemain adalah budak bisa mendapatkan kebebasan (manumissio) jika terbukti menjadi aktor yang baik dan populer.
Selain itu, di sisi lain panggung, ada budak yang menjadi penonton. Mereka biasanya menemani tuan atau nyonya mereka dan menyelinap untuk menonton dari barisan belakang.
Hari ini kita dapat membayangkan komedi kuno ini dimainkan di teater setengah lingkaran yang ditinggalkan di kota-kota Romawi. Penonton pulang ke rumah setelah dihibur oleh drama yang sama yang masih bisa kita nikmati hari ini.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR