Survei mereka menunjukkan bahwa partisipasi melalui aktivisme lingkungan telah dilakukan lebih dari 50% responden dalam bentuk mengikuti kampanye, menandatangani petisi, dan memberikan donasi. Dalam dua bentuk aktivisme lainnya (protes dan audiensi), partisipasi anak muda masih kurang dari 30%. Namun, setidaknya sekitar 40% menyatakan kesediaan melakukannya di masa depan.
Yang perlu dicermati, komitmen generasi muda untuk berpartisipasi ternyata lebih banyak direalisasikan lewat jalan konsumsi ramah lingkungan, ketimbang aktivisme lingkungan. Meski pola konsumsi ramah lingkungan itu penting, studi telah menunjukkan bahwa ini kurang berdampak dalam mendorong komitmen pemerintah mengatasi krisis iklim.
Apa yang dilakukan Rafaela dan Thunberg adalah contoh dari gerakan aktivisme. Contoh gerakan aktivisme yang berhasil di Indonesia adalah Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik yang kampanye dan petisinya berhasil mendorong penerapan aturan kantong plastik berbayar dalam peraturan daerah.
Kedua jalan partisipasi iklim di atas baik. Menekuni salah satu jalan tersebut tentu baik, tetapi melakukan keduanya jelas jauh lebih baik dan bakal lebih berdampak.
#SayaPilihBumi, gerakan sosial yang digagas National Geographic Indonesia sejak 2018, konsisten membahas gerakan perubahan sehari-hari untuk Bumi yang lebih lestari. Tahun ini #SayaPilihBumiFestival akan digelar pada 2022 ini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, berbagi cerita inspirasi, kolaborasi komunitas dalam pelestarian bumi, sampai konser musik.
Source | : | The Conversation Indonesia,BBC Indonesia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR