Itu termasuk kuil raksasa Abu Simbel, monumen batu untuk dirinya sendiri dan ratunya Nefertari, dan Ramesseum, kuil kamar mayatnya. Kedua kuil menampilkan patung raksasa Ramses sendiri. Dia juga menghormati ayahnya dan dirinya sendiri dengan menyelesaikan kuil di Abydos.
Selama tahun ke-8 dan ke-9 masa pemerintahannya, Ramses memimpin lebih banyak kampanye militer melawan orang Het, berhasil merebut Dapur dan Tunip.
Pertempuran dengan orang Het berlanjut di kedua kota ini sampai tahun 1258 SM, ketika perjanjian damai resmi dibuat antara firaun Mesir dan Hattusili III, raja orang Het saat itu. Perjanjian ini merupakan perjanjian perdamaian tertua yang tercatat di dunia.
Tidak diketahui jumlah pasti anak yang dimiliki Ramses selama hidupnya, tetapi perkiraan kasarnya adalah sekitar 96 putra dan 60 putri. Ramses hidup lebih lama dari banyak anak-anaknya, dan akhirnya digantikan oleh putranya yang ke-13.
Ramses memiliki lebih dari 200 istri dan selir, tetapi ratu favoritnya kemungkinan besar adalah Nefertari. Ratu Nefertari yang kemudian memerintah dengan suaminya, dan disebut sebagai Istri Kerajaan Firaun. Dia diperkirakan telah meninggal relatif awal pada masa pemerintahannya.
Makamnya QV66 adalah yang paling indah di Lembah Ratu, berisi lukisan dinding yang dianggap sebagai beberapa karya seni Mesir kuno terbesar.
Ramses memerintah 1279-1213 SM, total 66 tahun dan dua bulan. Ia dianggap sebagai Firaun terlama kedua di Mesir kuno, setelah Pepi II Neferkare (memerintah 2278-2184 SM). Ramses digantikan oleh putranya yang ke-13, Merneptah, yang berusia hampir 60 tahun ketika dia naik takhta.
Menjelang akhir hayatnya, Ramses dikabarkan menderita radang sendi dan penyakit lainnya. Dia menderita masalah gigi yang parah dan pengerasan pembuluh darah. Dia meninggal pada usia 90. Saat kematiannya, dia dimakamkan di sebuah makam di Lembah para Raja. Karena penjarahan, tubuhnya dipindahkan ke area penahanan, dibungkus kembali dan ditempatkan di dalam makam ratu Ahmose Inhapy, dan kemudian makam imam besar Pinedjem II. Muminya akhirnya ditemukan di dalam peti mati kayu biasa.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR