Antony dan Cleopatra menjalani kisah cinta di Alexandria yang dimulai ketika Mark Antony, salah satu mitra penguasa Romawi, menggunakan Cleopatra dalam perangnya melawan Parthia.
Pada 40 SM, Cleopatra melahirkan anak kembar, yang dia beri nama Alexander Helios dan Cleopatra Selene. Antony telah meninggalkan Alexandria untuk kembali ke Italia, di mana ia dipaksa untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Oktavianus. Sebagai bagian dari penyelesaian ini, ia menikahi saudara perempuan Oktavianus, Fulvia, 3 tahun kemudian. Namun, Antony yakin bahwa dia dan Oktavianus tidak dapat mencapai pemahaman. Antony kemudian kembali ke Timur di mana dia bertemu kembali dengan Cleopatra.
Selain itu, Antony membutuhkan dukungan keuangan Cleopatra untuk kampanyenya yang tertunda melawan Parthia. Sebagai imbalannya, Cleopatra menuntut untuk merebut kembali sebagian besar kekaisaran timur Mesir.
Baca Juga: Fakta Cleopatra, Anak Hasil Perkawinan Sedarah Hingga Kematian Tragis
Baca Juga: Bak Benang Kusut, Teka-teki Kematian Cleopatra yang Belum Terpecahkan
Baca Juga: Parfum Cleopatra Telah Diciptakan Kembali oleh Ilmuwan, Baunya Pedas!
Antony dan Cleopatra menghabiskan musim dingin 32-31 SM di Yunani. Senat Romawi, bagaimanapun, mencabut Antony dari calon konsulatnya untuk tahun berikutnya, dan kemudian menyatakan perang melawan Cleopatra.
Perang itu disebut Pertempuran Laut Actium, di mana Oktavianus menghadapi pasukan gabungan Antony dan Cleopatra pada 2 September 31 SM. Antony dan Cleopatra melarikan diri ke Mesir.
Setelah invasi Oktavianus ke Mesir, Antony yakin dia sudah kehabisan pilihan. Dengan tidak ada tempat lain untuk berbalik dan percaya bahwa kekasihnya, Cleopatra, sudah mati, dia mengarahkan pedangnya ke dirinya sendiri.
Setelah menimbulkan luka mematikan pada dirinya sendiri, dia diberitahu bahwa Cleopatra masih hidup. Teman-temannya membawa Antony yang sekarat ke tempat persembunyian Cleopatra dan dia pun meninggal dalam pelukan Cleopatra.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR