Berdasarkan hasil studi ini, para peneliti menyimpulkan bahwa G. aspera adalah polip dasar laut purba baik di dalam atau proksimal dari subklade cnidaria yang dikenal sebagai medusozoa.
Kebanyakan hewan di subclade ini, yang disebut ubur-ubur sejati (scyphozoans), akhirnya mengembangkan kemampuan berenang bebas. Namun beberapa lainnya, seperti beberapa spesies hidrozoa, tetap polip sepanjang hidup mereka. Koloni polip hidrozoa dapat membangun kerangka yang mirip dengan fosil G. aspera juga.
Baca Juga: Dunia Hewan: ih Jijik, Spons 'Bersin' Lendir Malah Dimakan Hewan Lain
Baca Juga: Unik! Lumba-lumba Manfaatkan Karang dan Spons Laut untuk Merawat Kulit
Baca Juga: Spons, Apa yang Harus Kita Waspadai tentang Peranti Zaman Yunani Ini?
"Menariknya, kami tidak menemukan hubungan dekat antara Gangtoucunia dalam clade dengan medusozoa lain dengan eksoskeleton kalsium fosfat, menunjukkan bahwa bahan pembuat tabung bisa memiliki sejarah evolusi awal yang kompleks, mungkin karena kehilangan dan pengurangan konvergen kalsium fosfat dalam kerangka karena ketersediannya menjadi berkurang selama Paleozoikum," tulis para peneliti dalam laporan studi mereka yang telah terbit di jurnal Proceedings of the Royal Society B Biological Sciences pada 2 November 2022.
Dengan kata lain, kerangka eksternal mungkin tidak muncul hanya sekali tetapi mungkin berevolusi beberapa kali dalam beberapa garis keturunan yang berbeda.
Diversifikasi kerangka hewan mungkin menjadi pendorong besar di balik ledakan keanekaragaman hewan di zaman Kambrium. Namun kemunculan tiba-tiba keragaman struktural atau kerangka dalam catatan fosil mungkin juga menunjukkan betapa sulitnya benang tipis biomineral bertahan dalam ujian waktu.
"Cara hidup tubicolous tampaknya menjadi semakin umum di Kambrium, yang mungkin merupakan respons adaptif terhadap peningkatan tekanan predasi di Kambrium awal," kata Xiaoya Ma, ahli paleobiologi dari Yunnan University di Tiongkok dan University of Exeter di Inggris yang menjadi penulis utama studi ini.
"Studi ini menunjukkan bahwa pengawetan jaringan lunak yang luar biasa sangat penting bagi kita untuk memahami hewan purba ini."
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR