Nationalgeographic.co.id—Jatuhnya peradaban Romawi kuno tidak hanya karena faktor internal, tapi juga faktor eksternal. Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah kejatuhan Romawi terutama dari sisi faktor eksternal.
Jangan Meremehkan Orang Barbar
Romawi berhasil bertahan melawan imperium besar. Romawi berperang melawan Yunani dan Mesir dan menang. Masyarakat terbesar dan paling maju jatuh di kaki mereka, tetapi Romawi justru dihancurkan oleh orang-orang barbar.
Semuanya bermula ketika Attila sang Hun mengamuk melalui Kekaisaran Romawi Barat. Bagi orang-orang Romawi, Hun adalah budaya primitif.
Seorang Romawi menulis bahwa orang-orang Hun "sangat sedikit maju dalam peradaban sehingga mereka [tidak] menggunakan api, atau segala jenis kesenangan, dalam menyiapkan makanan mereka." Bagi orang-orang Romawi, ini seperti pertempuran melawan manusia gua.Ke
Romawi kalah. Attila menuntut separuh kerajaan mereka. Ketika mereka menolak, Attila mengamuk di negara mereka, mencuri senjata pengepungan dan teknologi canggih mereka saat dia pergi.
Pada akhirnya, sebagaimana dikutip dari Listverse, Romawi harus memenuhi semua tuntutan Attila. Sejak saat itu, mereka secara teratur membayar upeti besar-besaran kepada orang-orang Hun hanya untuk memohon agar orang-orang Hun tidak menghabisi Roma.
Jangan Latih Orang Barbar dalam Peperangan Tingkat Lanjut
Attila sang Hun tidak berhasil sampai ke Roma, tetapi Visigoth berhasil. Pemimpin Visigoth, Alaric, berhasil memimpin gerombolan prajurit barbar sampai ke ibu kota Romawi, mengambil semua yang orang-orang Romawi miliki, dan menyebut dirinya berbelas kasih karena membiarkan mereka mempertahankan hidup mereka. Tentara Romawi tidak berdaya untuk menghentikan gerombolan barbar itu karena, sebagian besar tentara Romawi adalah gerombolan barbar.
Alaric dan orang-orang yang menjarah Roma dipersenjatai dan dilatih oleh orang-orang Romawi. Bertahun-tahun yang lalu, Roma mulai mempekerjakan orang-orang Visigoth dan Galia untuk mengisi legiun mereka. Akhirnya, ada begitu banyak orang barbar di tentara Romawi sehingga orang-orang Romawi menyebut tentara mereka "orang-orang barbar".
Selama Perang Soviet-Afghanistan, Angkatan Darat AS memanggil para pejuang Islam dari seluruh Timur Tengah untuk datang ke Afghanistan sehingga Amerika dapat mempersenjatai dan melatih para pejuang Islam ini. Sama seperti Roma melatih Alaric dan Visigoth dan memberi mereka senjata pengepungan, AS melatih Osama bin Laden dan Taliban dan memberi mereka rudal Stinger. Jadi, kita tidak perlu heran bahwa ternyata hasilnya sama baruknya.
Anggaran Militer Besar Memancing Perhatian Negara Besar Lain
Masalah dengan menjadi negara adidaya dunia adalah membuat Anda menjadi target terbesar dunia. Ketika Romawi semakin besar, ancaman untuk mereka jadi semakin besar pula dan mereka harus mencurahkan semua yang mereka miliki ke dalam tentara.
Baca Juga: Lima Pelajaran yang Bisa Kita Ambil dari Sejarah Jatuhnya Romawi Kuno
Baca Juga: Apa Perbedaan antara Kehidupan Romawi Kuno dengan Yunani Kuno?
Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang
Itu adalah sesuatu yang juga dipelajari Amerika. Meskipun pengeluaran militer telah meroket sejak 11 September 2001, Amerika tidak aman. Saat ini, orang-orang Amerika menyalurkan 598,5 miliar dolar AS per tahun ke dalam militer mereka. Sebagai perbandingan, lebih dari sepertiga pengeluaran militer seluruh dunia dilakukan oleh AS.
Bangsa Romawi menangani tentara mereka yang terus bertambah dengan menaikkan pajak. Tapi itu tidak benar-benar membuat segalanya lebih baik. Dengan pajak besar-besaran yang membebani rakyat, pengangguran dan kemiskinan merajalela.
Orang-orang mulai melakukan kerusuhan di jalan-jalan melawan pemerintah. Bagi banyak orang Romawi, kondisi serbasulit ini membuat mereka enggan mengorbankan segalanya hanya untuk mempertahankan kehidupan yang susah dan miskin di Roma ini.
Persaingan dengan Kekuatan dari Timur
Selain bangsa Hun dan Visigoth, ada juga Parthia, kekaisaran Timur yang tidak pernah bisa dikalahkan oleh Romawi. Awalnya, orang-orang Romawi dan Parthia mencoba untuk saling menghancurkan tetapi mereka tidak dapat melakukannya.
Kedua negara itu terlalu kuat, dan itu tidak sepadan. Jadi, pada akhirnya, mereka menyerukan perjanjian damai dan setuju untuk pergi berdampingan dengan relatif damai.
Mereka memasuki hubungan yang aneh sebagai mitra dagang yang tidak saling percaya dan yang mencoba untuk mengalahkan satu sama lain dalam setiap kesepakatan, sedikit mirip seperti kondisi Amerika Serikat dan Tiongkok. Persaingan dan konflik dengan Parthia menyedot perhatian dan fokus orang-orang Romawi. Mereka jadi tak memperhatikan ancaman dari pihak lain. Mereka gagal mengantisipasi serangan bangsa Hun dan pasukan musuh lainnya.
Source | : | listverse |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR