Nationalgeographic.co.id—Aphrodite adalah dewi cinta dan kecantikan Yunani. Dia menikah dengan Hephaestus, dewa pandai besi Yunani, tetapi memiliki hubungan yang sangat intim dan kompleks dengan Ares, dewa perang Yunani. Aphrodite juga menjadi salah satu dari 12 Olympians. Kisah cintanya yang begitu rumit sungguh menarik perhatian. Berikut beberapa fakta tentang dewi cinta dan kecantikan Yunani, Aphrodite.
Aphrodite Menikah dengan Hephaestus
Aphrodite terkenal karena kecantikannya yang mempesona. Namun, akibat hal itu Zeus dewa langit Yunani dan raja para dewa takut kecantikan Aphrodite akan menyebabkan perang di antara para dewa. Suami Hera tersebut takut para dewa Yunani akan bertarung satu sama lain untuk memenangkan cinta Aphrodite sehingga menimbulkan perang yang tak dapat terselesaikan.
Untuk mencegah hal ini terjadi, Zeus memerintahkan Aphrodite untuk menikahi Hephaestus. Hephaestus memiliki tempat yang menonjol di Gunung Olympus tempat tinggal para Olympian. Hephaestus adalah dewa pandai besi, keahlian, dan pengerjaan logam Yunani.
Hephaestus membuat semua senjata dan baju besi untuk Gunung Olympus. Sementara itu, Hephaestus secara positif dikenal karena keahliannya yang berkualitas. Namun sisi negatifnya, penampilan Hephaestus dianggap tidak menarik.
Inilah mengapa Zeus memilih Aphrodite untuk menikahi Hephaestus. Tidak hanya Hephaestus tidak menarik, tetapi dia juga tidak menjadi ancaman bagi Zeus. Ini membuat pernikahan Aphrodite dengan Hephaestus menjadi keputusan yang aman, meskipun ada pihak yang merasa terpaksa.
Perselingkuhan Aphrodite dan Ares
Meskipun Aphrodite menikah dengan Hephaestus, dia tidak mencintainya. Perjodohan oleh Zeus lah yang membuatnya menerima Hephaestus. Ares adalah cinta sejatinya.
Ares adalah dewa perang Yunani. Dia ditakuti di antara orang Yunani dan salah satu dewa yang kurang dihormati. Dia cepat marah, sering membuat keputusan gegabah tanpa memikirkannya secara matang atau memikirkan konsekuensinya.
Di lain sisi, Helios, dewa matahari Yunani, juga maha melihat. Apa pun yang dilakukan selama jam-jam sinar matahari dapat dilihat oleh Helios.
Termasuk ketika suatu hari, Helios menyaksikan Ares dan Aphrodite sedang berduaan. Mengetahui hal tersebut, dia pergi untuk memberi tahu Hephaestus.
Suatu hari ketika Aphrodite dan Ares berhubungan badan di atas ranjang Hephaestus, tubuh keduanya tiba-tiba terkunci oleh jaring. Ulah tersebut ternyata jebakan sang suami yang cemburu sehingga memasang perangkap di sana.
Sebagai dewa api dan keahlian, Hephaestus menciptakan jaring rantai emas untuk menangkap keduanya. Jaring itu hampir tidak terlihat.
Baca Juga: Penemuan Kepala Dewi Cinta dan Dewa Ekstasi di Kota Kuno Aizanoi
Baca Juga: Athena: Dewi Masih Perawan, Anak Kesayangan Zeus di Mitologi Yunani
Baca Juga: Mitologi Yunani: Hera Menggulingkan Zeus, Dendam Gara-gara Selingkuh
Seolah dendam, ketika Ares dan Aphrodite telah tertangkap basah, Hephaestus pergi dan menyuruh para dewa dan dewi lain untuk datang melihat mereka dan mempermalukan. Ketika mereka dipermalukan dan diejek, Hephaestus membebaskan keduanya. Aphrodite kembali ke Siprus, dan Ares kembali ke tanah airnya.
Venus de Milo dan Aphrodite
Venus de Milo adalah patung terkenal oleh Alexandros dari Antiokhia dan terinspirasi oleh dewi cinta dan kecantikan Yunani, Aphrodite. Venus de Milo adalah salah satu patung paling terkenal dalam sejarah Yunani. Ini menampilkan seorang wanita cantik yang lengan pualamnya telah patah sejak diciptakan pada 101 SM. Venus de Milo sekarang berada di Museum Louvre di Paris, Prancis.
Aphrodite Berpihak pada Trojan
Tidak seperti rekan Olympian lainnya, Aphrodite berpihak pada Trojan selama Perang Troya. Ini karena putranya, Aeneas, adalah seorang pangeran Troya yang berperang di sisi perang Troya. Karena itu, Aphrodite meyakinkan Ares untuk memihak Trojan selama Perang Troya.
Meskipun Ares adalah dewa perang Yunani, Trojan akan kalah dari Yunani dalam pertempuran terakhir Perang Troya di Troy. Athena membantu Odysseus dan tentara Yunani memasuki Troy dan mengalahkan Trojan, mengklaim kemenangan Perang Troya.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR