Pengalaman pribadi adalah satu hal, tetapi bukti ilmiah adalah masalah lain. Bagian dari kesulitan dalam menyelidiki hantu adalah idak ada definisi yang disepakati secara universal tentang apa itu hantu. Beberapa percaya bahwa mereka adalah roh orang mati yang karena alasan apa pun "tersesat" dalam perjalanan menuju alam lain.
Ada banyak kontradiksi yang melekat dalam gagasan tentang hantu. Misalnya, apakah hantu berwujud atau tidak? Entah mereka dapat bergerak melalui benda padat tanpa mengganggu mereka, atau mereka dapat membanting pintu hingga tertutup dan melemparkan benda ke seberang ruangan. Menurut logika dan hukum fisika, itu salah satunya. Jika hantu adalah jiwa manusia, mengapa mereka muncul berpakaian dan dengan benda mati (mungkin tanpa jiwa) seperti topi, tongkat, dan gaun—belum lagi banyak laporan tentang kereta, mobil, dan gerbong hantu?
Jika hantu adalah roh dari mereka yang kematiannya tidak terbalas, mengapa ada pembunuhan yang tidak terpecahkan, karena hantu dikatakan berkomunikasi dengan perantara psikis, dan harus dapat mengidentifikasi pembunuhnya untuk polisi? Pertanyaan terus berlanjut—hampir semua klaim tentang hantu menimbulkan alasan logis untuk meragukannya.
Pemburu hantu menggunakan banyak metode kreatif (dan meragukan) untuk mendeteksi keberadaan roh, seringkali termasuk paranormal. Hampir semua pemburu hantu mengaku sebagai orang yang ilmiah, dan sebagian besar terlihat seperti itu karena mereka menggunakan peralatan ilmiah berteknologi tinggi seperti penghitung Geiger, detektor Medan Elektromagnetik (EMF), detektor ion, kamera infra merah, dan mikrofon sensitif. Namun tidak satu pun dari peralatan ini yang pernah terbukti benar-benar mendeteksi hantu.
Selama berabad-abad, orang percaya bahwa api menjadi biru di hadapan hantu. Saat ini, hanya sedikit orang yang menerima sedikit pengetahuan itu, tetapi kemungkinan besar banyak dari tanda-tanda yang diambil sebagai bukti oleh para pemburu hantu saat ini akan dianggap sama salahnya dan kuno berabad-abad dari sekarang.
Peneliti lain mengeklaim bahwa alasan hantu belum terbukti ada adalah karena kita tidak memiliki teknologi yang tepat untuk menemukan atau mendeteksi dunia roh. Namun ini juga tidak mungkin benar. Entah hantu ada dan muncul di dunia fisik kita sehari-hari (dan karena itu dapat dideteksi dan direkam dalam foto, film, rekaman video dan audio), atau tidak. Jika hantu ada dan dapat dideteksi atau direkam secara ilmiah, maka kita harus menemukan bukti kuat tentang itu—tetapi kita tidak melakukannya. Perkembangan ‘aplikasi pendeteksi hantu’ saat ini untuk smartphone juga menjadi sorotan.
Namun, sekali lagi jika hantu itu nyata, dan merupakan semacam energi atau entitas yang belum diketahui, maka keberadaan mereka (seperti semua penemuan ilmiah lainnya) akan ditemukan dan diverifikasi oleh para ilmuwan melalui eksperimen terkontrol—bukan oleh 'pemburu hantu' yang berkeliaran di sekitar dengan kamera dan senter.
Pada akhirnya (dan terlepas dari segunung foto, suara, dan video yang ambigu) bukti hantu tidak lebih baik hari ini daripada seabad yang lalu. Ada dua kemungkinan alasan kegagalan pemburu hantu untuk menemukan bukti yang baik. Yang pertama adalah bahwa hantu tidak ada, dan laporan hantu dapat dijelaskan dengan psikologi, salah persepsi, kesalahan dan tipuan. Pilihan kedua adalah hantu memang ada, tetapi pemburu hantu tidak memiliki alat atau pola pikir ilmiah untuk mengungkap bukti yang berarti.
Akan tetapi pada akhirnya, perburuan hantu sama sekali bukan tentang bukti. Sebaliknya, ini tentang bersenang-senang dengan teman dan anggota keluarga, bercerita, dan kenikmatan berpura-pura mencari ujung yang tidak diketahui. Lagi pula, semua orang menyukai cerita hantu yang bagus. Bukan begitu?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR