Nationalgeographic.co.id—Hanya sedikit masyarakat kuno yang memiliki pengaruh besar di dunia modern seperti masyarakat Romawi kuno. Jejak budaya, agama, dan hukum mereka masih dapat dirasakan di masyarakat saat ini.
Namun ini tidak berarti bahwa semua yang dilakukan orang Romawi masuk akal. Berikut adalah empat fakta aneh yang mengejutkan tentang kehidupan orang-orang Romawi kuno dan untungnya hal-hal itu tidak lagi terjadi atau berlaku di zaman modern saat ini.
1. Ayah Bisa Menjual Putranya untuk Jadi Budak
Bukan rahasia lagi bahwa orang-orang Romawi banyak menggunakan perbudakan. Budak di Roma tidak memiliki hak dan hidup sengsara. Sebagian besar, warga negara Romawi bebas dari bahaya perbudakan, kecuali mereka melanggar hukum.
Namun ada satu pengecualian yang cukup aneh. Para ayah Romawi dapat menjual (atau lebih tepatnya menyewakan) anak laki-laki mereka sebagai budak, tetapi itu hanya sementara.
Sebagaimana dikutip dari Ancient Origins, ayah dan calon pembeli akan mencapai kesepakatan mengenai harga dan durasi perbudakan putranya. Ketika waktunya habis, pembeli diharapkan membawa putranya kembali dalam kondisi yang kira-kira sama dengan saat dia menerimanya.
Seperti kebanyakan hal dalam masyarakat Romawi, sang ayah hanya bisa melakukan ini secukupnya. Dia bisa menjual anak yang sama dua kali dan semuanya baik-baik saja.
Namun demikian, jika dia menjual putranya untuk ketiga kalinya, dia dianggap sebagai ayah yang tidak layak. Setiap anak laki-laki yang dijual oleh ayahnya tiga kali dibebaskan secara hukum dari orang tuanya yang serakah (tetapi hanya setelah dia menyelesaikan tugas ketiganya sebagai budak).
"Aturan 3 penjualan" ini berlaku untuk setiap anak. Itu berarti bahwa jika seorang ayah ingin terus menghasilkan uang dari anak-anaknya, yang perlu dia lakukan hanyalah terus menghasilkan lebih banyak anak. Pepatan "banyak anak banyak rezekiz" mungkin juga diyakini oleh para ayah Romawi.
2. Larangan Mengenakan Warna Ungu
Sudah menjadi rahasia umum pada saat ini bahwa seperti banyak masyarakat, orang-orang Romawi terobsesi dengan kelas. Apa yang tidak disadari banyak orang adalah betapa terobsesinya orang Romawi pada kelas sampai ada larangan terkait warna.
Ambil contoh, fakta bahwa mayoritas orang Romawi bebas dilarang memakai warna ungu. Dalam masyarakat Romawi, warna ungu diasosiasikan dengan kemuliaan, kekuasaan, dan royalti. Dengan demikian pemakaian toga ungu hanya diperuntukkan bagi Kaisar dan orang-orang Romawi berpangkat tinggi lainnya.
Mengapa ungu memiliki reputasi ini? Karena dulu butuh biaya sangat mahal untuk menghasilkan pewarna ungu. Semua pewarna ungu bersumber dari Phoenicia. Untuk membuat pewarna yang cukup untuk satu Toga, sepuluh ribu moluska harus dihancurkan. Jadi, pewarna ungu nilainya kira-kira sama dengan emas.
Bangsa Romawi senang bisa membedakan kelas seseorang hanya dengan melihat mereka. Larangan toga ungu adalah contoh utama hukum tempat perlindungan Romawi. Ini adalah undang-undang yang melarang orang Romawi kelas bawah memamerkan kekayaan apa pun yang mungkin mereka miliki. Dalam sistem kelas Romawi, Anda tetap di tempat Anda dan hanya kelas atas yang dapat memamerkan kekayaan mereka.
3. (Awalnya) Ayah Secara Hukum Diizinkan Membunuh Keluarganya
Romawi kuno selalu merupakan masyarakat patriarkal. Namun pada masa-masa awal orang-orang Romawi benar-benar menganggapnya ekstrem.
Di Romawi awal, seorang ayah dapat menganggap anggota keluarganya sebagai aset miliknya. Dia bisa melakukan apa yang dia inginkan dengan mereka, yang menjelaskan mengapa dia bisa menjual putranya sebagai budak.
Terserah sang ayah untuk memilih bagaimana dia menghukum anak-anaknya. Jika dia merasa bahwa anak-anaknya pantas mati, maka dia dapat membunuh anak-anaknya tanpa akibat hukum. Bahkan meninggalkan rumah tidak berarti anak-anaknya aman.
Setelah dinikahkan dan meninggalkan rumah, seorang anak perempuan masih bisa dibunuh oleh ayahnya. Anak laki-laki juga tidak pernah aman. Mereka baru benar-benar mandiri setelah dijual tiga kali (tidak terlalu ideal) atau setelah ayah mereka meninggal.
Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang
Baca Juga: Ruangan Para Budak Romawi Ditemukan di Pompeii, Kondisinya Luar Biasa
Baca Juga: Kehidupan Budak di Balik Brutalnya Institusi Perbudakan Romawi
Akhirnya, aturan ini dilonggarkan. Pada abad pertama Sebelum Masehi, sebagian besar hak seorang pria untuk membunuh keluarganya telah dihapuskan. Namun, jika seorang anak laki-laki dihukum karena kejahatan (karena itu menodai nama keluarganya) seorang ayah masih diperbolehkan untuk membunuhnya.
4. Hukuman Tertinggi Romawi
Bangsa Romawi memiliki banyak cara inventif untuk membunuh penjahat dan tahanan. Mereka bisa dipenggal, dilempar dari ketinggian, atau dipaksa ikut serta dalam permainan dan tontonan gladiator.
Bentuk eksekusi terburuk disimpan bagi mereka yang melakukan kejahatan pamungkas, yakni pembunuhan terhadap ayahnya. Siapa pun yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan terhadap ayah mereka pertama-tama ditutup matanya karena fakta bahwa mereka dianggap tidak lagi layak berada dalam terang. Mereka kemudian digiring ke luar kota dan langsung ke perairan besar terdekat.
Sesampai di sana mereka dipukuli dengan tongkat sampai satu inci dari hidup mereka. Mereka kemudian diikat dan dilemparkan ke dalam karung kulit yang besar (tetapi tidak terlalu besar) bersama dengan seekor ular, anjing, kera, dan ayam jantan. Karung itu kemudian dibuang ke air di mana mereka tenggelam atau terbunuh oleh hewan-hewan yang meronta-ronta.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR