Nationalgeographic.co.id—Banyak hewan endemik yang hidup di daerah tropis. Namun, daerah tropis bumi ini luas, mencakup banyak negara, termasuk Indonesia.
Setiap hewan memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda tergantung jenis mereka dan lingkungan mereka. Tapi bagaimana hewan-hewan liar yang hidup di wilayah tropis?
Sebuah studi baru mencoba mengungkap bagimana para satwa liar di daerah tropis menggunakan waktu mereka setiap harinya. Studi ini digarap oleh tim peneliti internasional yang mencakup ahli biologi Lydia Beaudrot dari Rice University dan dipimpin oleh Andrea Vallejo-Vargas, seorang mahasiswa pascasarjana di Norwegian University of Life Sciences dan saat ini menjadi peneliti tamu di Rice.
Tim peneliti dalam studi ini terdiri atas puluhan peneliti dari berbagai negara. Salah satunya adalah Douglas Sheil, peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR) Indonesia.
Melalui studi ini, mereka menemukan bahwa komunitas mamalia di seluruh daerah tropis basah membagi hari dengan cara yang sama. Semua umumnya diarahkan untuk menemukan makanan mereka berikutnya, atau menghindari menjadi makanan berikutnya.
Dengan menggunakan jutaan gambar dari jaringan kamera jebak di 16 hutan lindung di seluruh dunia, mereka meneliti hubungan aktivitas para satwa mamalia dengan ukuran tubuh dan rutinitas makan untuk menemukan karakteristik umum di antara beragam populasi.
Laporan studi mereka ini telah terbit di jurnal Nature Communications pada 19 November 2022. Makalah studi mereka menegaskan bahwa terlepas dari keragamannya, pola serupa mendominasi hari-hari satwa liar di Afrika, Asia, dan Amerika.
Studi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas herbivora dan insektivora sebagian besar dipengaruhi oleh suhu di lingkungan. Dalam bahasa studi, ini disebut sebagai "batasan termoregulasi". Misalnya, para herbivora Afrika yang berukuran besar tujuh kali lebih mungkin aktif di malam hari daripada para herbivora yang lebih kecil, dan ini terkait dengan ketahanan tubuh mereka terhadap dinginnya udara malam.
Para peneliti juga menemukan bahwa interaksi antara para predator dan para mangsa ternyata didominasi oleh waktu. Mereka menemukan bahwa aktivitas "top-down" yang mendominasi hari-hari para mangsa secara alami berfokus pada upaya untuk tidak dimakan. Para mangsa menghindari paparan saat predator kemungkinan besar sedang berburu.
Dalam hal ini, ukuran juga sangat penting. Sebagai contoh, karnivora kecil mengubah aktivitasnya untuk mengurangi pertemuan dengan karnivora besar.
Sebaliknya, strategi "bottom-up" memengaruhi cara para pemangsa menyesuaikan aktivitas mereka untuk memaksimalkan pertemuan dengan mangsa.
Source | : | Rice Univeristy |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR