Naskah yang ditulis oleh juru tulis disebut hieroglif, berasal dari dua kata Yunani yang berarti, 'ukiran suci'. Banyak teks hieroglif yang masih ada menyertai lukisan dan pahatan relief di makam dan kuil. Aksara hieroglif adalah kombinasi dari ideogram dan tanda fonetik, berbeda dengan runcing, yang ada karena pengaruh Mesopotamia.
Ideogram adalah tanda yang menggambarkan objek seperti manusia atau sungai; sedangkan, tanda-tanda fonetik mewakili sebagian dari keseluruhan kata yang diucapkan. Aksara hieroglif mungkin mulai digunakan sekitar 3500 SM. dan terus digunakan selama sekitar 4.000 tahun, ditulis dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri atau atas ke bawah.
Prasasti Terakhir
Tulisan hieroglif terakhir adalah prasasti pendek di salah satu dinding kuil dewi Isis yang dulunya berdiri di pulau Philae. Prasasti, bertanggal 24 Agustus 394 M.
Pengetahuan tentang hieroglif mati hingga tahun 1822 ketika seorang Prancis bernama Jean-François Champollion menguraikan naskah tersebut, berkat Rosetta Stone, sebuah prasasti tiga bahasa dalam bahasa Yunani, hieroglif, dan demotik. Prasasti itu berurusan dengan konsesi pajak untuk para pendeta Mesir.
Baca Juga: Lima Fakta soal Raja Tut yang sejak Bocah sudah Jadi Firaun Mesir
Baca Juga: Akhir Sebuah Peradaban, Siapa Sebenarnya Firaun Terakhir Mesir Kuno?
Baca Juga: Fakta dan Hoaks Kutukan Mumi Firaun Tutankhamun dan para Korbannya
Baca Juga: Orang Miskin di Mesir Kuno Rela Abdikan Diri Jadi Budak Kuil
Batu rosetta
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR