"Ini tidak berarti bahwa Khufu lebih miskin daripada Tutankhamun. Piramidanya membuktikan sebaliknya. Dia hanya dimakamkan mengikuti kebiasaan pada zamannya," ujar Grajetzki.
Hans-Hubertus Münch, peneliti pemakaman Mesir Kuno, mencatat bahwa selama era Kerajaan Baru, orang meletakkan benda-benda hiasan dalam jumlah besar di makam. Ini tidak seperti di era sebelumnya, di masa awal ketika piramida dibangun.
Saat pembangunan piramida berakhir, jumlah barang kuburan mewah yang dikuburkan dengan individu kerajaan dan non-kerajaan meningkat.
"Jumlah yang sangat besar dari benda-benda di makam ini hanya ditemukan di zaman Kerajaan Baru," kata Münch.
Teks piramida
Beberapa piramida memiliki prasasti hieroglif yang panjang di dindingnya. Para sarjana menyebutnya sebagai teks piramida. Teks-teks itu mencatat sejumlah besar mantra dan ritual.
Baca Juga: Gumpalan Keju Berusia 3000 Tahun Ditemukan di Makam Mesir Kuno
Baca Juga: Singkap Temuan Makam Mesir Kuno Berusia 3.500 Tahun Milik Tukang Emas
Baca Juga: 110 Makam Mesir Kuno Ditemukan di Delta Nil, Arkeolog Ungkap Isinya
Piramida Unis atau Unas adalah piramida pertama yang memiliki teks-teks ini di dinding interiornya, sedangkan piramida Ibi adalah piramida terakhir yang diketahui.
"Fungsi teks piramida adalah untuk memungkinkan almarhum menjadi akh, roh yang ada di alam baka," tulis James Allen, profesor di Brown University. Mantra tersebut bertujuan untuk menyatukan kembali ka dan ba. Itu adalah bagian dari jiwa seseorang yang diyakini orang Mesir kuno terpisah saat kematian.
Kemunculan teks-teks ini mungkin mencerminkan pergeseran gagasan Mesir kuno tentang kerajaan setelah kematian. Di masa lalu, dokumen seperti teks piramida mungkin sudah ada. Namun, teks itu mulai ditulis di dinding piramida pada zaman Unis.
Jadi, makam kerajaan Mesir kuno tidak selalu dipenuhi dengan benda-benda mewah. Itu tergantung pada kapan anggota kerajaan tersebut meninggal. Isi makam menyesuaikan dengan kebiasaan di kala itu.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR