Nationalgeographic.co.id—Pemerintah Belanda melalui Perdana Menterinya Mark Rutte secara resmi meminta maaf atas perannya dalam 250 tahun perbudakan dan perdagangan budak. PM Mark Rutte secara tegas mengatakan, mengakui bahwa perbudakan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Hari ini saya minta maaf,” kata Rutte saat berpidato di National Archives pada Senin, 19 Desember 2022.
Rutte tetap menyampaikan permintaan maafnya meskipun beberapa kelompok aktivis di Belanda dan bekas jajahan Belanda telah mendesaknya untuk menunggu hingga 1 Juli tahun depan, peringatan penghapusan perbudakan 160 tahun lalu.
Aktivis menganggap tahun depan adalah peringatan 150 tahun karena banyak orang yang diperbudak dipaksa untuk terus bekerja di perkebunan selama satu dekade setelah penghapusan.
"Mengapa terburu-buru?" Barryl Biekman, ketua Platform Nasional untuk Masa Lalu Perbudakan yang berbasis di Belanda, bertanya sebelum pidato perdana menteri, seperti dilaporkan Time.
Di sisi lain, permintaan maaf secara resmi tersebut tidak mendapatkan dukungan hampir separuh orang Belanda. Namun, mayoritas di parlemen sekarang mendukung permintaan maaf.
Beberapa kelompok pergi ke pengadilan minggu lalu dalam upaya yang gagal untuk memblokir pidato tersebut. Beberapa bahkan pergi ke pengadilan minggu lalu dalam upaya yang gagal untuk memblokir pidato tersebut. Rutte mengacu pada ketidaksepakatan dalam sambutannya hari Senin.
"Kami tahu tidak ada satu momen yang baik untuk semua orang, tidak ada kata yang tepat untuk semua orang, tidak ada tempat yang tepat untuk semua orang," katanya.
Dia mengatakan pemerintah akan membentuk dana inisiatif untuk membantu mengatasi warisan perbudakan di Belanda dan bekas jajahan Belanda.
Pemerintah Belanda sebelumnya menyatakan penyesalan yang mendalam atas peran sejarah bangsa dalam perbudakan tetapi berhenti meminta maaf secara resmi, dengan Rutte pernah mengatakan deklarasi semacam itu dapat mempolarisasi masyarakat.
Rutte memberikan pidatonya pada saat sejarah kolonial brutal banyak negara mendapat sorotan kritis karena gerakan Black Lives Matter dan pembunuhan polisi terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam, di kota Minneapolis, AS pada 25 Mei 2020.
Source | : | Time,Al Jazeera |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR