Namun, prestasi gemilangnya tidak berhenti pada Piala Dunia 1958. Dalam delapan tahun, Pelé sudah mempersembahkan trofi Piala Dunia ketiga secara beruntun untuk timnasnya. Menjadikan Brasil dikenal sebagai negara sepak bola, terkuat sepanjang sejarah.
Bagi klubnya, Santos, Ia juga mempersembahkan dua Copa Libertadores, setara Liga Champions Amerika Selatan, dan dua Piala Interkontinental, turnamen tahunan yang diadakan antara tim terbaik di Eropa dan Amerika Selatan.
"Seolah dia berhasil membangun peradaban sepak bola bersama Santos," lanjutnya. Sampai pada tahun 1960-an, ia mempersembahkan 25 gelar bergengsi untuk Santos.
Baca Juga: Pemain Sepak Bola di atas 35 Tahun Berisiko Terkena Sakit Jantung
Baca Juga: Menstruasi dan Kontrasepsi Masih Tabu dalam Sepak Bola Wanita
Baca Juga: Ketimbang Joging, Sepak Bola Lebih Baik untuk Kesehatan Tulang
Baca Juga: Sains Mengungkap Rahasia Teknik 'Shooting' Luar Biasa dalam Sepak Bola
Dia benar-benar menjadi pemain paling berprestasi dalam sepak bola. Pelé terkenal sebagai pribadi yang santai, baik hati, ceria, dan seorang rekan yang bisa diandalkan. Setelah pensiun, ia tetap dikenal sebagai pribadi yang luar biasa dan legenda bagi sepak bola dunia.
Dia menghabiskan kehidupan pasca-sepakbolanya dengan terlibat dalam aktivisme sosial, termasuk menjadi duta niat baik UNESCO.Pada tahun 1995, ia menduduki jabatan publik sebagai menteri olahraga, memperkenalkan undang-undang yang memberikan hak kepada pemain setelah usia tertentu.
Namun, akibat tumor yang dideritanya, ia harus menjalani berbagai kemoterapi dalam beberapa tahun terakhir. Sakit yang beruntun menjadikannya kesulitan berjalan, membuatnya menjadi depresi.
Nampaknya dunia begitu kehilangan. Pada 29 Desember 2022, sang legenda sepak bola dunia harus berpulang. Tetapi bagi sepak bola, namanya akan selalu ada sebagai pemain terbaik yang pernah ada di muka bumi.
Source | : | Aljazeera |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR