Diskusi memanas. Sejarawan Aram Sarkisian menulis bahwa Gereja Rusia ditekan untuk mengadopsi kalender Gregorian oleh kaum Bolshevik. Tekanan itu membuat Gereja Rusia meninggalkan kalender Julian tak lama setelah Revolusi Rusia dimulai.
Merevisi kalender bukan hanya masalah agama saja. Bagi gereja-gereja yang keberadaannya terancam di bawah kekuasaan Komunisme, penyesuaian kalender adalah masalah kelangsungan hidup.
Di konferensi tersebut, ilmuwan Serbia Milutin Milanković mengusulkan solusi. Itu adalah versi baru kalender Julian yang memiliki tanggal yang sama dengan kalender Gregorian, meskipun tidak setiap tahun kabisat.
Baca Juga: Evolusi Perayaan Natal Diselingi Tradisi dari Berbagai Budaya
Baca Juga: Evolusi Dekorasi Natal: dari Festival Romawi Saturnalia hingga Kini
Baca Juga: Mengulik Sejarah Sinterklas, Tokoh Populer dalam Tradisi Natal Modern
Baca Juga: Tanaman Obat Suku Aztec, Bagaimana Poinsettia Jadi Dekorasi Khas Natal?
Dikenal sebagai kalender Julian yang direvisi, kalender tersebut diadopsi oleh beberapa Gereja Ortodoks. Itu termasuk gereja-gereja di Yunani, Siprus, dan Rumania. “Gereja-gereja itu sekarang merayakan Natal pada tanggal 25 Desember,” ungkap Blakemore.
Tetapi Gereja Ortodoks lainnya, seperti Rusia dan Mesir, menolak. Dan yang lainnya lagi, seperti Polandia, mengadopsi kalender Milanković, lalu menghapusnya kemudian. Mereka merayakan Natal pada tanggal 7 Januari. Namun pada tahun 2100 nanti, hari Natal Ortodoks pindah ke tanggal 8 Januari karena kalender terus bergeser.
Akankah kebingungan kalender pada akhirnya membuat lebih banyak orang Kristen Ortodoks memilih tanggal lain untuk perayaan? Mungkin. Tetapi sampai saat itu, para anggota Gereja Ortodoks harus bersabar hingga tanggal 7 Januari untuk menikmati keceriaan Natal dan tradisinya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR